Makalah Hubungan Antara Filsafat Dan Agama



KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunianya sehinnga dapat menyelesaikan tugas makalah.
Penyusun menyadari, penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, serta masih banyak kekurangan. Penyusun mohon kritik dan saran dari rekan-rekan semua ke arah kesempurnaan makalah ini.
Penyusun berharap, makalah ini bisa bermanfaat bagi penyusun sendiri ataupun semua pihak yang memerlukan.


, Februari 2014
        

Penyusun

 
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2.Rumusan Masalah ...................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Filsafat .................................................................................... 3
2.2. Pengertian Agama .................................................................................... 4
2.3. Hubungan Filsafat dengan Agama ........................................................... 4

BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan ............................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 8

 
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Agama dan filsafat memainkan peran yang mendasar dan fundamental dalam sejarah dan kehidupan manusia. Agama memang tidak mudah untuk di defenisikan karena agama mengambil bentuk yang bermacam-macam, namun semua orang berkesimpulan bahwa agama segala yang menunjukkan pada kesucian, rasa suci. Orang-orang yang mengetahui secara mendalam tentang sejarah agama dan filsafat niscaya memahami secara benar bahwa pembahasan ini sama sekali tidak membicarakan pertentangan antara keduanya dan juga tidak seorang pun mengingkari peran sentral keduanya. Sebenarnya yang menjadi tema dan inti perbedaan pandangan dan terus menyibukkan para pemikir tentangnya sepanjang abad adalah bentuk hubungan keharmonisan dan kesesuaian dua mainstream disiplin ini. Sebagian pemikir yang berwawasan dangkal berpandangan bahwa antara agama dan filsafat terdapat perbedaan yang ekstrim, dan lebih jauh, dipandang bahwa persoalan-persoalan agama agar tidak "ternodai" dan "tercemari" mesti dipisahkan dari pembahasan dan pengkajian filsafat. Tetapi, usaha pemisahan ini kelihatannya tidak membuahkan hasil, karena filsafat berhubungan erat dengan hakikat dan tujuan akhir kehidupan, dengan filsafat manusia dapat mengartikan dan menghayati nilai-penting kehidupan, kebahagian, dan kesempurnaan hakiki.
Sebagian pemikir yang berwawasan dangkal berpandangan bahwa antara agama dan filsafat terdapat perbedaan yang ekstrim, dan lebih jauh, dipandang bahwa persoalan-persoalan agama agar tidak "ternodai" dan "tercemari" mesti dipisahkan dari pembahasan dan pengkajian filsafat. Tetapi, usaha pemisahan ini kelihatannya tidak membuahkan hasil, karena filsafat berhubungan erat dengan hakikat dan tujuan akhir kehidupan, dengan filsafat manusia dapat mengartikan dan menghayati nilai-penting kehidupan, kebahagian, dan kesempurnaan hakiki.  
Di samping itu, masih banyak tema-tema mendasar berkisar tentang hukum-hukum eksistensi di alam yang masih membutuhkan pengkajian dan analisa yang mendalam, dan semua ini yang hanya dapat dilakukan dengan pendekatan filsafat. Jika agama membincangkan tentang eksistensi-eksistensi di alam dan tujuan akhir perjalanan segala maujud, lantas bagaimana mungkin agama bertentangan dengan filsafat. Bahkan agama dapat menyodorkan asumsi-asumsi penting sebagai subyek penelitian dan pengkajian filsafat. Pertimbangan-pertimbangan filsafat berkaitan dengan keyakinan-keyakinan dan tradisi-tradisi agama hanya akan sesuai dan sejalan apabila seorang penganut agama senantiasa menuntut dirinya untuk berusaha memahami dan menghayati secara rasional seluruh ajaran, doktrin, keimanan dan kepercayaan agamanya.
Dengan demikian, filsafat tidak lagi dipandang sebagai musuh agama dan salah satu faktor perusak keimanan, bahkan sebagai alat dan perantara yang bermanfaat untuk meluaskan pengetahuan dan makrifat tentang makna terdalam dan rahasia-rahasia doktrin suci agama, dengan ini niscaya menambah kualitas pengahayatan dan apresiasi kita terhadap kebenaran ajaran agama. Walaupun hasil-hasil penelitian rasional filsafat tidak bertolak belakang dengan agama, tapi selayaknya sebagian penganut agama justru bersikap proaktif dan melakukan berbagai pengkajian dalam bidang filsafat sehingga landasan keimanan dan keyakinannya semakin kuat dan terus menyempurna, bahkan karena motivasi keimananlah mendorongnya melakukan observasi dan pembahasan filosofis yang mendalam terhadap ajaran-ajaran agama itu sendiri dengan tujuan menyingkap rahasia dan hakikatnya yang terdalam.

1.2.Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud filsafat?
2.      Apa yang dimaksud agama?
3.      Apa hubungan filsafat dan agama?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Filsafat
            Kata "filsafat" berasal dari bahasa Yunani, philosophia: philein artinya cinta, mencintai, philos pecinta, sophia kebijaksanaan atau hikmat. Jadi filsafat artinya "cinta akan kebijaksanaan". Cinta artinya hasrat yang besar atau yang berkobar-kobar atau yang sungguh-sungguh. Kebijaksanaan artinya kebenaran sejati atau kebenaran yang sesungguhnya. Filsafat berarti hasrat atau keinginan yang sungguh akan kebenaran sejati. Demikian arti filsafat pada mulanya.
Dari arti di atas, kita kemudian dapat mengerti filsafat secara umum. Filsafat adalah suatu ilmu, meskipun bukan ilmu vak biasa, yang berusaha menyelidiki hakikat segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran. Bolehlah filsafat disebut sebagai: suatu usaha untuk berpikir yang radikal dan menyeluruh, suatu cara berpikir yang mengupas sesuatu sedalam-dalamnya. Hal yang membawa usahanya itu kepada suatu kesimpulan universal dari kenyataan partikular atau khusus, dari hal yang tersederhana sampai yang terkompleks. Filsafat, "Ilmu tentang hakikat". Di sinilah kita memahami perbedaan mendasar antara "filsafat" dan "ilmu (spesial)" atau "sains". Ilmu membatasi wilayahnya sejauh alam yang dapat dialami, dapat diindera, atau alam empiris. Ilmu menghadapi soalnya dengan pertanyaan "bagaimana" dan "apa sebabnya". Filsafat mencakup pertanyaan-pertanyaan mengenai makna, kebenaran, dan hubungan logis di antara ide-ide dasar (keyakinan, asumsi dan konsep) yang tidak dapat dipecahkan dengan ilmu empiris.
Filsafat ialah hasil daya upaya manusia dengan akal budinya untuk memahami secara radikal hakikat yang ada.

  
2.2. Pengertian Agama
Kata agama dalam Kitab suci Al-Qur'an dan hadits Nabi mempunyai makna antara lain: pahala dan balasan, ketaatan dan penghambaan, kekuasaan, syariat dan hukum, umat, kepasrahan dan penyerahan mutlak, aqidah, cinta, akhlak yang baik, kemuliaan, cahaya, kehidupan hakiki, amar ma'ruf nahi munkar, amanat dan menepati janji, menuntut ilmu dan beramal dengannya, dan puncak kesempurnaan akal.
Agama ialah suatu sistem credo (tata keyakinan), ritus (peribadatan) dan sistem norma yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia dan alam lainnya sesuai tata ketentuan yang telah ditetapkan.
Menurut sumbernya agama dibagi menjadi 2 yaitu:
1.      Agama samawi (agama wahyu atau langit)
2.      Agama budaya (agama bumi)
Contoh dari agama samawi salah satumya adalah islam. Agama islam adalah wahyu dari Allah yang diturunkan pada rosul-Nya sebagai suatu sistem keyakinan dan tata aturan yang mengatur segala pri kehidupan dan kehidupan manusia dalam hubungan nya dengan Tuhan, sesama makhluk maupun alam yang bertujuan mencari keridhoan Allah serta keselamatan dunia dan akhirat.
Agama islam bersumber dari kitab suci yaitu kodifikasi wahyu Allah swt untuk umat manusia di atas planet bumi berupa Al quran sebagai penyempurna wahyu-wahyu Allah sebelumnya.

2.3.Hubungan Filsafat dengan Agama
Menurut Hocking (1946), agama merupakan obat dari kesulitan dan kekhawatiran yang dihadapi manusia, sekurang-kurangnya meringankan manusia dari kesulitan. Agama merupakan pernyataan pengharapan manusia dalam dunia yang besar atau jagat raya, karena ada jalan hidup yang benar yang perlu ditemukan. Agama menjadi suatu lembaga yang bersemangat untuk memperoleh kehidupan yang baik dan merenungkannya sebagai suatu tuntutan kosmis,. Menusia menjadi penganutnya yang setia terhadap agama karena manurus keyakinannya agama telah memberikan sesuatu yang sangat berharga bagi hidupnya yang tidak mungkin dapat diuji dengan pengalaman maupun oleh akal sepert halnya menguji kebenaran sains dan filsafat karena agama lebih banyak menyangkut perasaan dan keyakinan. Agama merupakan sesuatu yang ada, karena keberadaanya itulah makanya agama dikatakan pengkajian filsafat. Landasan agama atau tauhid meurpkan landasan utama yang perlu diperhatikan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk keselamatan di dnia dan menjadi bekal di akhirat nanti. Misalnya dalam melaksanakan proses pendidikan dan pembelajran bagi anak didi, dimna alandasan tauhi dan spritual keagaaamini menyangkut dengan hakikat menusi asebagai makhluk ciptaan Tuhan. Oleh karena itu pendidikan dan pemblajarna yang harus dilakukan harus mengacu pada pembentukan kepribadian anak didik yang sesuai dengan nilai-nilai aqidan dan spritual kegaman yaitu menurut ajaran agama islam. Pandangan filsafat menurut agama islam tertung semuanga pada Al-qur’an yang dijadikan seabgaipegangan dan pedoman hidup bagi orang-orang yang beriman. Karena dia yakin bahwa semuanya. Baik hidup, mati, kapan, dan dimanapun ia berada adalah kekuasaan dan kehendak yang maha kuasa yaitu Allah SWT.
Filsafat merupakan pertolongan yang sangat penting pula pengaruhnya terhadap seluruh sikap dan pandangan orang, karena filsafat justru hendak memberikan dasar-dasar yang terdalam mengenai hakikat manusia dan dunia. Ada beberapa hal yang penting dalam agama yaitu : menyakini adanya Tuhan yang menciptakan semua yang ada dilangit dan dibumi dan mengatur semua kehidupan manusia, adanya kebajikan, sifat buruk dan baik dan lain sebagainya,juga diselidi oleh filsafat karena itu meurpakan atau mungkin ada secara umum kebenaran dalam agama didasarkan pada wahtu atau firman-firman Allah, sedangkan kebenaran dalam filsafat didasarkan pada pikiran belaka, agama telah mengaskan bahwa agama itu untuk orang-orang yang berakal dan berilmu pengetahuan. Maksudnya adalah dalam agama terutama gama islam adanya aturan-aturan yang ditetapkan Allah, dimnaa aturah Allah adalah wajib, sunat, haram, makhru dan mubah. Jadi agama dan pendidikan merupakan dual yang saling berhubungan dan saling berkaitan, maksudnya adalah didalam agama ada aturan-aturan yang harus dipatuhi sedangkan dalam pendidikan juga ada aturan yang harus dipatuhi dan semua atuaran baik agama maupun pendiidkan dijalankan dan diterapkan oleh manusia.
Dimana dapat dikatakan hubungan filsafat dengan agama diantaranya : setiap orang diharapkan merenung dalamhikmah untuk menjadi prosesn pendidikan dan usaha-usaha pendidkan suatu bangsa guna mempersiapkan generasi muda dan warga negara agar beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dan menjadi warga negara sadar dan insaf tentang hidup serta mempunyai tauladan yang dapat dijadikan perinsip dan keyakinan.


BAB III
PENUTUP

3.1.Kesimpulan
Filsafat dan agama mempunyai hubungan yang terkait dan reflesif dengan manusia artinya keduanya tidak ada alat penggerak dan tenaga utama di dalam diri manusia, yang dikatakan alat dan penggerak tenaga utama pada diri manusia adalah akal, pikiran, rasa, dan kenyakinan. Dengan alat ini manusia akan mencapai kebahagiaan bagi dirinya. Agama dapat menjadi petunjuk, pegangan serta pedoman hidup bagi manusia dalam menempuh hidupnya dengan harapan penuh keamanan, kedamaian, dan kesejahteraan. Manakala manusia menghadapi masalah yang rumit dan berat, maka timbullah kesadaranyna, bahwa manusia merupakan makhluk yang tidak berdaya untuk mengatasinya dan timbulnya kepercayaan dan keyakinan.



DAFTAR PUSTAKA

Makalah Kepemimpinan terhadap produktivitas Kinerja karyawan




BAB I
PENDAHULUAN

2.1.   Latar Belakang Masalah
Dalam rangka mencapai tujuan perusahaan dan menggapai globalisasi serta kemajuan dalam persaingan bisnis saat ini yang semakin kompleks, setiap perusahaan mau tidak mau harus meningkatkan daya saing dan mempersiapkan diri menjadi perusahaan yang kompetitif.
Keberhasilan pelaku bisnis atau dunia usaha dimasa lalu atau dimasa sekarang terpaku pada investasi atau asset yang dimilikinya, mungkin ada benarnya karena memalui investasi atau modal yang ditanamkan itu merupakan salah satu faktor modal dalam pengadaan sarana dan prasarana dalam menunjang bisnis tersebut, termasuk biaya operasionalnya. Namun, yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana mendapatkan Sumber Daya Manusia yang memiliki kemampuan dan keterampilan yang dibutuhkan di dunia usaha tersebut, disamping bagaimana mempertahankan Sumber Daya Manusia yang dapat bekerja secara efektif, efesien dan optimal sehingga produktivitas sesuai dengan yang diharapkan.
Sumber Daya Manusia merupakan faktor produksi yang tidak dapat diabaikan dan merupakan aset utama suatu organisasi yang menjadi perencana dan pelaku aktif dari setiap aktivitas organisasi, bahkan menempati posisi yang amat strategis dalam mewujudkan tersedianya barang atau jasa, dalam mendukung tercapainya tujuan organisasi atau perusahaan.
Kualitas dan kuantitas Sumber Daya Manusia dalam suatu organisasi hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan organisasi atau perusahaan yang bersangkutan agar efektif dan efesien dalam menunjang tercapainya tujuan organiasi atau perusahaan.
Oleh karena itu, Sumber Daya Manusia perlu dikelola dan dikembangkan secara terus menerus agar diperoleh Sumber Daya Manusia a yang bermutu dalam arti yang sebenarnya, yaitu pekerjaan yang dilaksanakannya akan menghasilkan sesuatu yang memang dikehendaki. Bermutu bukan hanya berarti pandai saja tetapi memenuhi semua syarat kualitas yang dituntut pekerjaan itu sehingga pekerjaan itu benar – benar dapat diselesaikan sesuai rencana (Sedarmayanti, 2001 : 17).
Organisasi perusahaan senantiasa melibatkan beberapa ornag dan mereka saling berinteraksi secara intensif. Interaksi tersebut disusun dalam sebuah struktur dimana dapat membantu di dalam usaha dalam mencapai tujuan bersama. Agar pelaksanaan kerja dalam organisasi perusahaan dapat mencapai prestasi, maka tidak hanya sekedar organisasi yang merupakan sekumpulan orang saja, melainkan perlengkapan termasuk mesin –mesin, metode kerja, waktu, bahan baku yang umumnya disebut sebagai sumber modal. Setiap organisasi perusahaan menginginkan agar pelaksanaan kerja dan penggunaan sumber tersebut benar –benar dapat berdaya guna. Dengan demikian perlu adanya pengukuran, pengarahan, dan pengawasan. Uaha mengatur dan mengarahkan sumber daya ini baik, manusianya maupun peralatannya disebut manajemen. Keefektifan organiasi perusahaan dapat tercapai apabila manajemen dapat memusatkan perhatiannya.
Untuk menunjang keberhasilan fungsi manajemen dalam organisasi perusahaan, tentunya dibutuhkan seorang pemimpin yang dapat melaksanakan tugas atau fungsi manajemen. Karena merekalah yang memiliki daya kemampuan mempengaruhi dan menggerakan manusia lainnya untuk bekerja mencapai tujuan.
Peranan pimpinan dalam setiap organisasi atau perusahaan sekecil apa pun tingkat kepemimpinannya, sangatlah dominan dalam mengembangkan dan meningkatkan produktivitas organisasi atau perusahaan tersebut.
Tujuan perusahaan akan sulit dicapai, bila para karyawan tidak mau menggali potensi yang ada dalam dirinya untuk bekerja samaksimal mungkin. oleh sebab itu, tugas pimpinan yang tidak boleh tidak harus dilaksanakan adalah bagaimana para karyawan tersebut tetap bergairah dalam bekerja dan selalu mempunyai perilaku positif dalam melaksanakan tugasnya.
2.1.   Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka, rumusan masalah dalam makalah ini adalah “Bagaimana pengaruh kepemimpinan terhadap produktivitas kinerja karyawan?”
2.1.   Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan terhadap produktivitas kinerja karyawan.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1.   Kepemimpinan
Kepemimpinan memegang peranan penting dalam manajemen. Oleh karena itu kepemipinan sangat dibutuhkan dibutuhkan manusia, karena adnya keterbatasan-keterbatasan tertentu pada diri manusia. Dari sinilah timbul kebutuhan untuk memimpin dan dipimpin.
Menurut Ishak Arep (2003:93) kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk menguasai atau mempengaruhi orang lain atau masayrakat berbeda-beda untuk mencapai tujuan tertentu.
Setiap pemimpin memiliki gaya kepemimpianannya sendiri. Keberhasilan gaya pemimpin sangat tergantung pada keadaan perusahaan yang dipimpinnya.
Menurut George R. Terry, ada enam gaya kepemimpinan yaitu :
1.      Kepemimpinan pribadi
Kepemimpinan pribadi dilaksanakan mellaui hubungan pribadi. Petunjuk-petunjuk dan dorongan atau motivasi diberikan secara pribadi oleh pihak pimpinan. Tipe pemimpin seperti ini sering dianut oleh prusahaan-perusahaan kecil karena kompleksitas tenaga kerja maupun kegiatannya amatlah kecil, sehingga pelaksanannya mudah dan sangat efektif untuk dilaksanakan.
2.      Kepemimpinan non pribadi
Segala kebijakan dan peraturan yang berlaku pada perusahaan melalui bawahannya atau media non pribadi serta kepercayaan-kepercayaan baik rencana-rencana. Pada tipe ini sangatlah berperan pendelegasian wewenang.

3.      Kepemimpinan otoritas
Kepemimpinan jenis ini didasarkan pada anggapan bahwa kepemimpinan merupakan suatu hak dan pemimpin bersifat agak kaku. Tugas-tugas, fasilitas-fasiltas, diberlakukan tanpa ada konsultasi dengan petugas yang melaksanakan tugas.
4.      Kepemimpinan demokrasi
Kepemimpinan jenis ini ditandai oleh partisipasi kelompok dan diproduktifkan opini-opininya.
5.      Kepemimpinan peternalistis
Kepemimpinan jenis ini ditandai oleh suatu pengaruh yang paternal atau kebapakan dalam hubungan antar pemimpin kelompok. Tujuannya untuk memberi arahan dan melindungi.
6.      Kepemimpinan bakat
Kepemipinan yang timbul dari orang-orang kelompok organisasi sosial informal. Kelompok ini saling mempengaruhi diri seseorang dengan orang lain pada pekerjaan.
            Menurut Mijlus tanggung jawab pemimpin adalah sebagai berikut :
a.       Menentukan tujuan pelaksanaan kerja realitas (dalam arti kuantitas, kualitas, keamanan, dan sebagainya).
b.      Melengkapi para karyawan dengan sumber daya yang diperlukan untuk menjalankan tugas.
c.       Mengkomunikasikan karyawan tentang apa yang diharapkan dari mereka.
d.      Memberikan susunan imbalan atau hadiah yang sepadan untuk mendorong prestasi.
e.       Mendelegasikan wewenang apabila diperlukan dan mengundang partisipasi apabila memungkinkan.
f.       Menghilangkan hambatan untuk melaksanakan pekerjaan yang efektif.
g.      Menilai pelaksanaan pekerjaan dan mengkomunikasikan hasilnya.
h.      Menunjukkan perhatian kepada bawahan. Yang penting dalam hal ini adalah tanggung jawab dalam memadukan seluruh kegiatan dalam mencapai tujuan organisasi tersebut seharmonis mungkin, sehingga tercapainya tujuan organisasi tersebut efektif dan efisien.
Wewenang kepemimpinan adalah wewenang yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin untuk memimpin bawahannya dalam usaha mencapai tujuan tertentu.
2.2. Produktivitas Kerja
Produktivitas pada dasarnya mencakup sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin. Cara kerja hari ini harus lebih baik, dan hsil esok hari harus lebih banyak.
Sikap yang demikian selalu membuat seseorang untuk mencari perbaikan-perbaikan dan peningkatan. Orang yang mempunyai sikap tersebut terdorong untuk menjadi dinamis, kreatif, inovatif serta terbuka, tetapi kritis terhadap ide-ide baru dan perubahan-perubahan.
Produktivitas mengandung pengertian sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik daripada hari kemarin, dan hari esok harus lebih baik dari hari ini.
Menurut Ravianto. J (2004:4) secara umum produktivitas mengandung pengertian antara hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja satuan waktu. Sumber daya manusia memegang peranan penting dalam proses peningkatan produktivitas karena manusia bersifat dinamis. Alat produksi dan kemajuan teknologi lebih bersifat statis yang hanya dapat digerakan oleh manusia. Tingkat produktivitas yang tinggi merupakan harapan dari setiap perusahaan. Dalam meningkatkan produktivitas kerja, banyak sekali hal-hal yang mempengaruhi seperti, kenaikan upah atau gaji yang adil dan layak, suasana atau lingkungan kerja yang menyenangkan, kesempatan berkarier, kesempatan untuk maju, fasilitas yang mendukung, dan lain-lain.

Menurut Dr. Sedarmayanti, M. Pd (2001:72-76) faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja adalah sebagai berikut :
1.      Sikap mental
Sikap mental berupa motivasi kerja. Motivasi adalah gaya dorong yang dimiliki, baik secara intrinsik maupun ekstrinsik yang membuat karyawan mau dan rela untuk bekerja sekuat tenaga menggunakan seluruh kemampuannya untuk mencapai tujuan.
2.      Pendidikan
Pada umumnya organisasi yang memiliki pendidikan (formal dan non formal) yang lebih tinggi akan memounyai wawasan yang lebih luas akan arti penting produktivitas. Tingginya kesadaran akan pentingnya produkivitas dapat mendoring pegawai yang bersangkutan melakukan tindakan yang produktif.
3.      Keterampilan
Pada aspek tertentu apabila pegawai semakin terampil, maka akan lebih mampu bekerja serta menggunakan fasilitas kerja dengan baik. Pegawai akan lebih terampil apabila mempunyai kecakapan dan pengalaman yang cukup.
4.      Manajemen
Pengertian manajemen di sini dapat dikaitkan dengan sistem yang  diterapkan oleh pimpinan untuk mengelola ataupun memimpin serta mengandalkan staf atau bawahannya. Apabila manajemennya tepat, maka akan menimbulkan semangat yang lebih tinggi sehingga akan mendorong pegawai untuk melakukan tindakan yang paling produktif.
5.      Hubungan Industrial Pancasila (HIP)
Dengan menerapkan Hubungan Industrial Pancasila, maka akan :
a.       Menciptakan ketenangan kerja dan memberikan motivasi kerja secara produktif sehingga produktivitas dapat meningkat.
b.      Menciptakan hubungan kerja yang serasi dan dinamis, sehingga menumbuhkan partisipasi aktif dalam usaha meningkatkan produktivitas.
c.       Menciptakan harkat dan martabat pegawai, sehingga mendorong diwujudkannya jiwa yang berdedikasi dalam upaya peningkatan produktivitas.
6.      Tingkat penghasilan
Apabila tingkat penghasilan memadai, maka akan menimbulkan konsentrasi kerja dan kemampuan yang dimiliki dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan produktivitas.
7.      Gizi dan kesehatan
Apabila pegawai dipenuhi gizinya dan berbadan sehat, maka akan lebih kuat bekerja, apalagi jika mempunyai semangat yang tinggi, maka akan dapat meningkatkan produktivitas kerjanya.
8.      Jaminan sosial
Jaminan sosial yang diberikan oleh suatu organisasi kepada pegawainya dimaksudkan untuk meningkatkan pengabdian dan semangat kerja. Apabila jaminan sosial terpenuhi, maka akan dapat menimbulkan kesenangan bekerja sehingga mendorong pemanfaatan kemampuan yang dimiliki untuk meningkatkan produktivitas kerja.
9.      Lingkungan dan iklim kerja
Lingkungan dan iklim kerja yang baik akan mendorong pegawai agar senang bekerja dan meningkatkan rasa tanggung jawab untuk melakukan pekerjaan dengan lebih baik menuju ke arah peningkatan produktivitas.
10.  Sarana produksi
Mutu sarana produksi berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas apabila sarana produksi yang digunakan tidak baik, kadang-kadang dapat menimbulkan pemborosan bahan yang dipakai.
11.  Teknologi
Apabila teknologi yang dipakai tepat dan lebih maju tingkatannya, maka akan :
a.       Tepat waktu dalam proses penyelesaian produksi.
b.      Jumlah produksi yang dihasilkan lebih banyak dan bermutu.
c.       Memperkecil terjadinya pemborosan bahan sisa.
Dengan memperhatikan hal tersebut, maka penerapan teknologi dapat mendukung peningkatan produktivitas.
12.  Kesempatan berprestasi
Pegawai yang bekerja tentu mengharapkan peningkatan karier atau pengembangan potensi pribadi yang nantinya akan bermanfaat bagi dirinya maupun bagi organisasi. Apabila terbuka kesempatan untuk berprestasi, maka akan menimbulkan dorongan psikologis untuk meningkatkan dedikasi serta pemanfaatan potensi yang dimiliki untuk meningkatkan produktivitas kerja.
            Kiat meningkatkan produktivitas kerja adalah sebagai berikut :
a.       Usaha untuk maju
Dalam hal ini karyawan selalu berusaha dalam meningkatkan kemajuannya dalam bekerja ataupun prestasi karyawan.
b.      Kesempatan kerja
Atasan memberikan kepercayaan kepada bawahan untuk memberikan kesempatan kerja kepada bawahan sehingga dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan mampu dalam melakukan tugas dan pekerjaan yang lain dalam pengembangan kariernya.
c.       Keidsiplinan
Di mana karyawan secara sadar dan rela mau menaati dan melaksanakan seluruh norma-norma moral dan etika, keberadaan di tempat tugas sesuai dengan jam kerja yang berlaku. Kesediaan bekerja lembur apabila diminta, kewajiban lapor pada atasan apabila seseorang terpaksa mangkir atau sakit, termasuk kedisiplinan dalam berpakaian.
d.      Hubungan yang baik
Hubungan yang baik antara atasan dan bawahan secara tidak langsung akan mempengaruhi peningkatan produktivitas kerja karyawan itu sendiri. Sebagaimana dilakukan oleh atasan terhadap bawahan dalam menjalin hubungan yang baik dalam bekerja. 
 
2.3.   Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Produktivitas Kerja
Seperti kita ketahui bahwa gaya kepemimpinan merupakan proses di mana seseorang mempengaruhi orang lain atau suatu kelompok dalam usahanya untuk mencapai tujuan tertentu. Setiap pemimpin mempunyai gaya kepemimpinannya sendiri. Seorang pemimpin yang baik sangat bergantung pada kemampuan pemimpin tersebut dalam menyesuaikan gaya kepemimpinannya pada situasi kerja yang dihadapinya.
“Manajer yang baik adalah orang yang dapat memelihara keseimbangan yang tinggi dalam menilai secara tepat kekuatan yang menilai perilakunya yang paling cocok bagi waktu tertentu dan benar-benar mampu bertindak demikian.” (Gibson, 2001:285).
Keberhasilan perusahaan pada dasarnya ditopang oleh kepemimpinan yang efektif, di mana dengan kepemimpinannya itu dapat mempengaruhi bawahannya untuk membangkitkan motovasi kerja mereka agar berprestasi dalam tujuan bersama.
Menurut Dale Timple (1999:31), pemimpin merupakan orang yang menerapkan prinsip dan teknik yang memastikan motivasi, disiplin, dan produktivitas jika bekerjasama dengan orang, tugas, dan situasi agar dapat mencapai sasaran perusahaan.
Dengan mengerti dan mengetahui hal-hal yang dapat membangkitkan motivasi dalam diri seseorang yang merupakan kunci untuk mengatur orang lain. Tugas pemimpin adalah mengidentifikasikan dan memotivasi karyawan agar dapat berprestasi dengan baik yang pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas perusahaan.
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan mempunyai pengaruh yang kuat terhadap produktivitas kerja karyawan.
Peranan faktor manusia senantiasa memperhatikan keinginan dan kemampuan setiap karyawan. Setiap karyawan di dalam perusahaan harus senantiasa dipelihara dan dikembangkan kemampuannya untuk menumbuhkan kemauan dan kemampuan kerja karyawan adalah tugas pemimpin dalam mengidentifikasikan dan mengaktifkan motivasi karyawan agar dapat berprestasi dengan baik yang akhirnya akan meningkatkan produktivitas perusahaan.

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
            Seorang pemimpin yang baik adalah seseorang yang bisa memimpin bawahannya untuk menjadi orang yang dapat meningkatkan produktivitas kerja. Ada berbagai macam gaya kepemimpinan dalam perusahaan. Keberhasilan gaya kepemimpinan ini tergantung dari lingkungan perusahaan yang dipimpinnya.
            Produktivitas kerja karyawan yang baik adalah karyawan yang selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas kerjanya setiap hari. Karyawan yang memiliki prinsip bahwa hari ini harus lebih baik dari hari kemarin. Produktivitas kerja karyawan dipengaruhi oelh bebrapa faktor.
            Pemimpin perusahaan merupakan roda penggerak bagi perjalanan roda perusahaan. Pimpinan harus memiliki kemampuan memimpin karyawan dengan jujur, disiplin, sehingga karyawan akan hormat dan segan. Kepemimpinan kerja seseorang sangat berpengaruh terhadap kinerja karyawan.


DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Wibowo, SE.,M.Phil. , 2007. Manajemen Kinerja, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
James A.F. Stoner / Charles Wankel. 1988. Manajemen, Edisi Ketiga. CV. Intermedia Jakarta.