Makalah Manfaat Hemoglobin



BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang Masaalah


Sejalan dengan kemajuan teknologi dalam bidang ilmu kedokteran, di laboratorium telah dikembangkan bermacam-macam alat pemeriksaan yang lebih canggih alat tersebut dapat membantu penegakan diagnosis. Pemantauan perjalanan penyakit, serta pemantauan hasil terapi dengan lebih baik dan teliti. (Hariono, 2006)
Hemoglobin (Hb) adalah molekul protein pada sel darah merah yang berfungsi sebagai media transport karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru-paru. Kandungan zat besi yang terdapat dalam hemoglobin membuat darah berwarna merah.

 
Saat ini pengukuran kadar hemoglobin dalam darah sudah menggunakan mesin otomatis. Selain mengukur hemoglobin mesin ini juga dapat mengukur berbagai macam komponen darah lain. (www.blogdokter.net/2008)
Pemeriksaan hemoglobin dalam darah mempunyai peranan yang penting dalam diagnosa suatu penyakit, karena hemoglobin merupakan salah satu protein khusus yang ada dalam sel darah merah dengan fungsi khusus yaitu mengangkut O2 ke jaringan dan mengembalikan CO2 dari jaringan ke paru-paru. Kegunaan dari pemeriksaan hemoglobin ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya gangguan kesehatan pada pasien, misalnya kekurangan hemoglobin yang biasa disebut anemia. Hemoglobin bisa saja berada dalam keadaan terlarut langsung dalam plasma. Akan tetapi kemampuan hemoglobin untuk mengikat oksigen tidak bekerja secara maksimum dan akan mempengaruhi pada faktor lingkungan.
Hemoglobin yang meningkat terjadi karena keadaan hemokonsentrasi akibat dehidrasi yang menurun dipengaruhi oleh berbagai masalah klinis. Pemeriksaan hemoglobin dilakukan pengukuran dengan metode cyanmethemoglobin. Sebelumnya eritrosit dilisiskan kemudian heme dioksidasi menjadi cyanmethemoglobin dan diukur dengan fotometer pada panjang gelombang 540 nm.
Jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobin tidak selalu meningkat atau menurun bersamaan, sebagai contoh ; penurunan jumlah sel darah merah disertai kadar hemoglobin yang sedikit meningkat atau normal terjadi pada kasus anemia pernisiosa serta kadar sel darah merah yang sedikit meningkat atau normal disertai dengan kadar hemoglobin yang menurun terjadi pada anemia difisiensi zat besi (mikrositik). Pentingnya hemoglobin ini menyebabkan pemeriksaan kadar hemoglobin memegang peranan penting dalam diagnosa suatu penyakit seperti anemia.
Dengan mengabaikan waktu pengukuran tersebut dikawatirkan bisa mendapatkan hasil yang tidak sesuai dikarenakan proses pemeriksaan terlalu singkat mengakibatkan eritrositnya belum dilisiskan maka hasil yang dikeluarkan oleh alat tersebut sangat tinggi. Sesuai prosedur kerja Hb, setelah sampel diperoleh dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, kemudian diinkubasi selama 5 menit dan baca pada fotometer 5010, hal ini diselenggarakan agar eritrosit dalam darah lisis terlebih dahulu kemudian akan bereaksi dengan kalium cianida membentuk cyanmethemoglobin, namun sering kita jumpai di laboratorium petugas sering mengabaikan masa inkubasi, misalnya dalam pemeriksaan Hb, yang seharusnya masa inkubasi 5 menit menjadi berkurang masa inkubasinya dan terkadang pula tampa diinkubasi sampel pemeriksaan Hb langsung dibaca hingga mengeluarkan hasil yang tidak akurat. Hal ini tentunya merugikan pasien dan sebagai seorang analis kesehatan dalam melakukan pekerjaan dibidangnya harusnya melakukan suatu pemeriksaan harus sesuai dengan prosedur kerja yang telah ditetapkan. Pada prosedur kerja menetapkan kadar hemoglobin dibaca setelah inkubasi 5 menit.
Mengetahui pentingnya kadar hemoglobin dalam darah terhadap pencegahan atau penanganan terhadap suatu penyakit terutama yang berkaitan dengan darah. Berdasarkan hal tersebut di atas peneliti tertarik untuk membuat suatu penelitian tentang pemeriksaan hemoglobin menggunakan metode cyanmethemoglobin dengan perbandingan waktu di inkubasi selam 2 menit dan 5 menit.

Rumusan Masalah

Apakah ada perbedaan hasil pemeriksaan kadar hemoglobin inkubasi 2 menit dan 5 menit metode cyanmethenmoglobin?

Tujuan Penelitian
Tujuan umum
Untuk mengetahui perbedaan hasil pemeriksaan kadar hemoglobin inkubasi 2 menit dan 5 menit metode cyanmethemoglobin.

Tujuan khusus
Untuk menentukan perbedaan hasil pemeriksaan kadar hemoglobin inkubasi 2 menit dan 5 menit metode cyanmethemoglobin.

Manfaat Penelitian
Sebagai sumbangan ilmiah dan bahan referensi untuk mahasiswa proram D-III Analis Kesehatan Makassar, terutama pada bidang hematologi.
Sebagai tambahan pengetahuan dan wawasan dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diterima selama proses pembelajaran.
Hasil penelitian yang diperoleh nantinya diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi bagi calon peneliti selanjutnya sebagai tambahan referensi.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Umum Tentang Darah.

Pengertian darah

Darah adalah kendaraan atau medium untuk transportasi jarak jauh berbagai bahan antara sel dan lingkungan eksternal atau antara sel itu sendiri. Warna merah darah keadaannya tidak tetap bergantung pada banyaknya oksigen dan carbondiosida di dalamnya. Darah yang banyak mengandung CO2 warnanya merah tua. Adanya O2 dalam darah diambil melalui pernafasan, dan zat ini sangat berguna pada peristiwa pembakaran atau metabolisme dalam tubuh. Visikositas atau kekuatan darah lebih kental dari pada air yang mempunyai BJ 1,041 − 1,067, temperatur 38C dan pH 7,37 – 7,45.
Karena darah sangat penting maka harus terdapat mekanisme yang dapat memperkecil kemungkinan kehilangan darah apabila terjadi kerusakan pembuluh darah, trombosit (keping darah) penting dalam hemostasis perhentian pendarahan dari suatu pembuluh darah yang cedera. Darah membentuk sekitar 8% berat tubuh total dan memiliki volume rata-rata 5 liter pada wanita dan 5,5 liter pada laki-laki. (Sherwood L,2001)

Fungsi darah

Untuk memahami fungsi darah hendaknya kita membandingkan keadaan makhluk bersel satu dan bersel banyak. Pada makhluk bersel satu, baik prokariyot maupun eukariyot, segala sesuatunya menyangkut kehidupan sel tersebut dikerjakan oleh sel itu sendiri.
Secara umum fungsi darah adalah sebagai berikut :
Alat transport makanan, yang diserap dari saluran cerna dan diedarkan keseluruh tubuh.
Alat transport O2, yang diambil dari paru-paru atau insang untuk dibawa ke seluruh tubuh
Alat transport bahan buangan dari jaringan kealat-alat ekskresi seperti paru-paru (gas), ginjal, kulit (bahan terlarut dalam air) dan hati untuk diteruskan keempedu dalam saluran cerna sebagai tinja (untuk bahan yang sukar larut dalam air).
Alat transport alat jaringan dari bahan-bahan yang diperlukan oleh suatu jaringan yang dibuat oleh jaringan lain.
Mempertimbangkan keseimbangan dinamis dalam tubuh, mempertahankan suhu tubuh, mengatur keseimbangan distribusi air dan mengatur keseimbangan asam-basa sehingga pH darah dan cairan tubuh tetap dalam keadaan yang seharusnya.
Mempertahankan tubuh dari agregasi benda atau senyawa asing umumnya selau dianggap mempunyai potensi menimbulkan ancaman.
Dengan demikian secara garis besar dapat dikatakan, bahwa fungsi darah adalah sebagai alat transport, alat hemoestasis dan alat pertahanan. Ketiga fungsi tersebut dijalankan berbagai bentuk cara. (Sadikin, 2001)

Tinjauan Umum Eritrosit (sel darah merah)

Eritrosit berbentuk cakram bikonkaf dengan diameter sekitar 8,6µm. Bikonkavitas memungkinkan O2 keluar-masuk sel dengan cepat, dengan adanya jarak yang pendek antara membran dan isi sel. (Gibson J, 2002)
Sel darah merah tidak memiliki inti sel, mitokondria atau ribosom. Sel ini tidak dapat melakukan mitosis, fosforilasi oksidasi sel, atau pembentukan protein. Sel darah merah mengandung protein hemoglobin yang mengangkut sebagian besar O2 yang diambil dari paru-paru keseluruh tubuh. (Corwin, 2000)
Sel darah merah biasa digambarkan berdasarkan ukuran dan jumlah hemoglobin yang terdapat di dalam sel.
Normositik : sel yang ukurannya normal
Normokromik : sel dengan jumlah hemoglobin yang normal
Mikrositik : sel yang ukurannya terlalu kecil
Makrositik : sel yang ukurannya besar
Di dalam eritrosit matang hanya tersisa sedikit enzim yang tidak dapat diperbaharui, enzim-enzim tersebut adalah ; enzim gikolitik dan karbonat anhidrase. Enzim gikolitik penting untuk menghasilkan enzim yang dibutuhkan untuk mejalankan mekanisme transportasi aktif yang hebat dalam pemeliharaan kosentrasi ion di dalam sel. (Sherwood L, 2001)
Fungsi utama sel darah merah adalah untuk mentransport hemoglobin, yang selanjutnya membawa O2 dari paru-paru kejaringan. Pada laki-laki normal jumlah rata-rata sel darah merah permilimeter kubik = 5.200.000 dan wanita normal = 4.700.000 juga sebaliknya ketinggian tempat hidup atau tempat tinggal mempengaruhi jumlah sel darah merah. (Guyton, 1990)
Sel darah merah di dalam tubuh dibuat dalam sum-sum tulang merah, limpa dan hati, yang kemudian akan beredar di dalam tubuh selama 14 - 15 hari, setelah itu mati. (Syaifudin, 2006)

Tinjauan Umum Tentang Hemoglobin

Definisi hemoglobin
Hemoglobin adalah molekul protein pada sel darah merah yang berfungsi sebagai media transport oksigen dari paru-paru keseluruh jaringan tubuh dan membawa karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru-paru. Kandungan zat besi yang terdapat dalam hemoglobin membuat darah berwarna merah.
Saat ini pengukuran kadar hemoglobin dalam darah sudah menggunakan mesin otomatis selain mengukur hemoglobin mesin pengukur akan memecah hemoglobin menjadi sebuah larutan. Hemoglobin dalam larutan ini kemudian dipisahkan zat lain dengan menggunakan zat kimia bernama nilai sinar yang berhasil diserap oleh hemoglobin. (www.Blogdoter.net. 2008)
Hemoglobin adalah metaloprotein pengangkut oksigen yang mengandung besi dalam sel darah merah mamalia dan hewan lainnya. Molekul hemoglobin terdiri dari : globin, apoprotein, dan empat gugus heme, suatu molekul organik dengan satu atom besi. 

Fungsi hemoglobin
Fungsi hemoglobin dalam darah adalah :
Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida di dalam jaringan tubuh.
Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian dibawa keseluruh jaringan tubuh untuk dipakai sebagai bahan baku.
Membawa carbondioksida dari jaringan tubuh sebagai hasil metabolisme ke paru-paru untuk dibuang.
Untuk mengetahui apakah seseorang kekurangan darah atau tidak dapat diketahui dengan pengukuran kadar Hb. Penurunan kadar Hb dari normal berarti kekurangan darah. Kekurangan darah berarti anemia. Selain kekurangan Hb juga disertai dengan eritrosit yang berkurang serta nilai hematokrit dibawah normal. (Kresno, 1988)

Jenis - jenis hemoglobin (Hb)
Pada manusia telah dikenal kurang dari 14 macam Hb yang dipelajari secara mendalam dengan bantuan elektrokoresis. Hb diberi nama dengan simbol alfabeta misalnya ; Hb A, Hb C, Hb D, Hb E, Hb F, Hb G, Hb I, Hb M, Hb S, dan sebagainya. (Joice, 2008)
Kadang-kadang Hb diberi nama menurut kota tempat ditemukan jenis Hb atau orang yang menemukannya, misalnya ; Hb New York, Hb Sydney, Hb Bart, Hb Gower, dan lain-lain. Hb A (Adult Dewasa) mulai diproduksi pada usia 5 - 6 bulan kehidupan intrauterine janin, pada usia 6 bulan postnatal kosentrasi Hb A 99%. Hb A terdiri dari 2 rantai α dan 2 rantai β. Hb F (Foetus janin) mulai ditemukan dalam darah pada minggu ke dua puluh usia kehamilan. Pada bayi Hb F dan sebelum usia 2 tahun jumlah tinggal sedikit, diganti oleh Hb A. Karena sifatnya yang resisten terhadap alkali, Hb F ini mudah dipisahkan dari Hb A. Hb F terdiri dari 2 rantai α dan 2 rantai T.

Sintesis hemoglobin
Fungsi utama sel darah merah adalah mengangkut O2 ke jaringan dan mengembalikan CO2 dari jaringan ke paru-paru. Untuk mencapai pertukaran gas ini, sel darah merah mengandung protein khusus, yaitu hemoglobin dan setiap hemoglobin dewasa normal (Hb A) terdiri atas empat rantai polipeptida α2 β2, masing-masing dengan gugus haemnya sendiri. Berat molekul Hb A adalah 68.000 darah dewasa normal juga berisi jumlah kecil dua hemoglobin lain, Hb F dan Hb A2 yang juga mengandung rantai y dan rantai s masing-masing sebagai pengganti β. 65% hemoglobin disintesis dalam eritroblas dan tiga puluh lima persen hemoglobin disintesis pada stadium retikulosit. Sintesis haem, terjadi banyak dalam mitokondria oleh sederet reaksi biokimia yang dimulai dengan kondensasi glisin dan suksinil. Koenzim A dibawah aksi enzim kunci data-amino laevulinic acid (Ala) sintase yang membatasi kecepatan. Pridoksal fosfat (Vitamin B) adalah koenzim untuk reaksi ini yang diransang oleh eritro protein dan dihambat oleh hacm. Akhirnya protoporfirin bergabung dengan besi untuk membentuk hacm yang masing-masing molekulnya bergabung dengan rantai globin yang terbuat pada poliribosom. Kemudian tetramer empat rantai globin dengan masing-masing gugus hacmnya sendiri terbentuk dalam “kantong” untuk membangun molekul hemoglobin. (Hoffbrand, 2005)

Struktur hemoglobin
Pada pusat molekul terdapat cincin heterosiklik yang dikenal dengan porifin yang menahan satu atom besi. Atom besi ini merupakan situs/lokal ikatan oksigen. Porifin yang mengandung besi disebut heme. Nama hemoglobin merupakan gabungan dari heme dan globin. Globin sebagai istilah generik untuk protein globural. Ada beberapa protein mengandung heme, dan hemoglobin adalah yang paling dikenal dan paling banyak dipelajari.
Pada manusia dewasa, hemoglobin berupa tetramer (mengandung 4 subunit protein), yang terdiri dari masing-masing dua sub unit mirip secara struktural dan berukuran hampir sama. Tiap sub unit memiliki berat molekul ± 16,000 Dalton, sehingga berat molekul total tetramernya menjadi sekitar 64,000 Dalton. Tiap sub unit hemoglobin mengandung satu heme, sehingga secara keseluruhan hemoglobin memilki kapasitas empat molekul oksigen. (Hariono, 2006 )

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh2BPbztsDbqv_q0IzGsAy8kLQ2XdPyo6LZNYlUd4QpmkxJkC9kbJDJsop1FmKmi2AnaTWacIrFd5Es0HvNzuS2m6T7TBOD1Zkxvru16u43v8fVSuqvqVp82RZroGoY6KYwkxrZD5VICOk/s1600/struktur+hemoglobin.jpeg


Gambar 1.1, Struktur Hemoglobin
(Sumber : Hoffbrand, 1995)

Tinjauan Umum Tentang Pemeriksaan Hemoglobin
Penetapan kadar hemoglobin ditentukan dengan bermacam-macam cara dan yang banyak dipakai di laboratorium klinik ialah cara fotoelektrit dan kolorimetrik visual.

Cara sahli
Prinsip hemoglobin diubah mejadi asam hematin, kemudian warna yang terjadi dibandingkan secara visual dengan standar dalam alat itu. Cara Sahli banyak dipakai di Indonesia, walau cara ini tidak tepat 100%, mengalami kurang darah atau darahnya masih normal, pada pemeriksaan ini factor kesalahan kira-kira 10%, kelemahan cara ini berdasarkan kenyataan bahwa asam hematin itu bukanlah merupakan larutan sejati dan juga alat hemoglobimeter itu sukar distandarkan, selain itu tidak semua macam hemoglobin dapat diubah hematin misalnya ; karboxyhemoglobin, methemoglobin, sulfahemoglobin.

Cara cyanmethemoglobin
Prinsipnya adalah hemoglobin diubah menjadi cyanmethemoglobin dalam larutan drabkin yang berisi kalium sianida dan kalium ferisianida. Absorbensi larutan diukur pada panjang gelombang 540 nm. Larutan drabkin yang dipakai untuk mengubah hemoglobin, oxyhemoglobin, methemoglobin, dan karboxymoglobin menjadi cyanmethemoglobin, sedang sulfhemoglobin tidak berubah karena tidak diukur. Cara ini sangat bagus untuk laboratorium rutin dan sangat dianjurkan untuk penetapan kadar hemoglobin dengan teliti karena standar cyanmethemoglobin yang ditanggungkan kadarnya stabil dan dapat dibeli. Larutan drabkin teridri atas natrium bikarbonat 1 gram, kalium sianida 50 mg, kalium ferisianida 200 mg, aqudest 100 ml. (Dian Rakyat, 2006)

Cara tallquist
Prinsipnya adalah membandingkan darah asli dengan suatu skala warna yang bertingkat-tingkat mulai dari warna merah muda sampai warna merah tua.
Cara ini hanya mendapatkan kesan dari kadar hemoglobin saja, sebagai dasar diambil darah = 100% = 15,8 gr hemoglobin per 100 ml darah. Tallquist mempergunakan skala warna dalam satu buku mulai dari merah muda 10% di tengah-tengah ada lowong dimana darah dibandingkan dapat dilihat menjadi darah dibandingkan secara langsung sehingga kesalahan dalam melakukan pemeriksaan antara 25-50%.

Cara sulfat
Cara ini dipakai untuk menetapkan kadar hemoglobin dari donor yang diperlukan untuk transfuse darah. Hasil dari metode ini adalah persen dari hemoglobin. Perlu diketahui bahwa kadar hemoglobin cukup kira-kira 80% hemoglobin. Kadar minuman ini ditentukan dengan setetes darah yang tenggelam dalam larutan kufrisulfat dengan berat jenis. (Bakri S, 1989)
Kesalahan dalam pemeriksaan Hb
Hemolisis darah.
Obat dapat meningkatkan dan menurunkan kadar hemoglobin.
Mengambil darah dari lengan yang terpasang cairan invus dapat mengencerkan sampel darah.
Membiarkan turniket terpasang terlebih dahulu lebih dari satu menit akan menyebakan hemokosentrasi.
Tinggal di daratan tinggi dapat menyebakan peningkatan kadar hemoglobin.
Penurunan asupan cairan atau kehilangan cairan akan meningkatkan kadar Hb dan kelebihan asupan cairan akan mengurangi kadar Hb. (Kee.L.j, 2007)

Faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin
Hal-hal yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan hemoglobin, antara lain sebagai berikut :




Reagen
Reagen adalah bahan pereaksi yang harus selalu baik kualitasnya mulai dari saat penerimaan, semua reagen yang dibeli harus harus diperhatikan nomor lisensi kadaluarsanya, keutuhan wadah atau botol atau cara transportasinya.

Metode
Laboratorium yang baik adalah laboratorium yang mengikuti perkembangan metode pemeriksaan dengan pertimbangan kemampuan laboratorium tersebut dan biaya pemeriksaannya. Petugas laboratorium harus senantiasa bekerja dan mengacu pada metode yang digunakan.

Bahan pemeriksaan
Bahan pemeriksaan meliputi ; cara pengambilan specimen, pengiriman specimen, penyimpanan specimen, dan persiapan sampel.
Lingkungan
Dalam hal ini dapat berupa ; keadaan ruang kerja, cahaya, suhu kamar, kebisingan, luas dan tata ruang

Tenaga labratorium.
Dalam hal ini yang diharapkan adalah petugas laboratorium harus mengusai alat dan teknik dibidang laboratorium

Sampel
Kekeruhan dalam suatu sampel darah dapat mengganggu dalam fotokolorimeter dan menghasilkan absorbensi dan kadar Hb yang lebih tinggi dari yang sebenarnya. Kekeruhan semacam ini dapat disbabkan antara lain oleh leukositosis, lipemia, dan adanya globulin abnormal seperti pada macro iobulinemia. (Dian Rakyat, 2006)

Susunan darah diambil untuk pemeriksaan bisa saja berubah salah satu tindakan waktu mengambil darah itu. Sebagai seorang analis kesehatan sebelum melakuan suatu pemeriksaan maka perlu memperhatikan kesalahan-selahan yang mungkin biasa terjadi seperti disebut dibawah ini
Mengambil darah dari tempat yang menyatakan adanya gangguan peredaran seperti pucat
Tusukan kurang dalam sehingga darah harus diperas-peras keluar
Kulit yang diusuk masih basah alcohol
Tetesan darah pertama dipakai untuk pemeriksaan
Terjadi bekuan dalam tetesan darah karena terlalu lambat bekerja
Sumber keselahan dalam memperoleh darah
Menggunakan semprit dan jarum yang basah
Mengenakan ikatan pembendung terlalu lama atau terlalu keras
Terjadi bekuan dalam semprit karena lambatnya bekerja
Terjadi bekuan dalam botol oxalate karena tidak dicampur semestinya dengan oxalate kering atau antikoagulan.

Tinjaun tentang pemeriksaan hemoglobin
Ada beberapa metode untuk mengukur hemoglobin dan kebanyakan dari mereka sekarang yang dilakukan oleh mesin yang dirancang untuk melakukan beberapa tes darah. In these machines, the red blood cells are broken down to get the hemoglobin into a solution. Dalam mesin ini, sel-sel darah merah dipecah untuk mendapatkan hemoglobin menjadi sebuah solusi. The free hemoglobin is exposed to some specific chemicals that contain cyanide which binds tightly with the hemoglobin molecule to form cyanmethemoglobin. Hemoglobin bebas terkena bahan kimia tertentu yang mengandung sianida yang mengikat erat dengan molekul hemoglobin untuk membentuk cyanmethemoglobin. By shining a light through the solution and measuring how much light is absorbed, the amount of hemoglobin can be determined. Dengan menyorotkan cahaya melalui solusi dan mengukur seberapa banyak cahaya yang diserap, jumlah hemoglobin dapat ditentukan.

Terdapat bermacam-macam cara untuk menetapkan kadar hemoglobin tetapi yang sering dikerjakan dilaboratorim adalah yang berdasarkan kolorimetrik visual cara sahli dan fotoelektrik cyanmethemoglobin.
Cara cyanmethemoglobin adalah cara yang dianjurkan ntuk penetapan kadar hemoglobin di laboratorium karena larutan standar cyanmethemoglobin sifatnya stabil, mudah diperoleh dan pada cara ini hampir semua hemoglobin terukur kecuali sulfhemoglobin. Pada cara ini ketlitian yang dapat dicapai ± 2%.
Berhubung ketelitian masing-masing cara berbeda, untuk penilaian hasil sebaiknya diketahui cara mana yang dipakai. Nilai rujukan kadar hemoglobin tergantung dari umur dan jenis kelamin.
Pada bayi baru lahir, kadar hemoglobin lebih tinggi dari pada orang dewasa yaitu berkisar antara 13,6 -- 19,6 g/dl. Kemudian kadar hemoglobin menurun dan pada umur 3 tahun dicapai kadar paling rendah yaitu 9,5 -- 12,5 g/dl. Setelah itu secara bertahap kadar hemoglobin naik dan pada pubertas kadarnya mendekati kadar pada dewasa yaitu berkisar antara 11,5 -- 14,8 g/dl. Pada pria dewasa kadar hemoglobin berkisar antara 13 -- 16 g/dl sedangkan pada wanita dewasa antara 12 - 14 g/dl. 

Tinjaun umum tentang fotometer 5010
Fotometer 5010 adalah salah satu jenis spektrofotometer yang merupakan suatu instrument untuk transmilitan atau absorbans dari suatu contoh fungsi panjang gelombang. Prinsipnya dari spektrofotometer adalah banyak zat yang menyerap cahaya dalam wilayah spectrum yang dapat dilihat atau spectrum ultra violet.

Sumber cahaya
Sumber cahaya termasuk radiasi optic yang ideal untuk pengukuran serapan harus menghasilkan spectrum kotinyu dengan intensitas seragam pada keseleruhan kisaran panjang. Gelombang yang sedang dipelajari. Sumber cahaya dapat berupa lampu halogen deuterium.

Monokromator
Dalam spektrofotometer radiasi polikromatik, merupakan serangkaian alat opticyang menguraikan radiasi polikromatik yang menjadi jalur-jalur yang efektif dan panjang gelombang tunggal. Ada 2 macam gelombang monokromator yang di kenal berdasarkan jenis penyerapan yaitu yang berdasarkan efek penyerapan atau transmisi menggunakan filter dan yang berdasarkan efek peguraian atau disperse cahaya menggunakan prisma dan gratng.

Kuvet
larutan di letakkan dalam sel atau kuvet. Untuk datetra variabel digunakan gelas biasa atau quarts. Kuvet untuk larutan mempunyai panjang sekitar 10 cm. sebelum kuvet dipakai harus di bersihkan dengan air suling atau dicuci dengan larutan asam koromat. 

Detector
Detector penyerap tenaga foton yang mengenai cuplikan dan mengubah tenaga tersebut untuk di ukur secara kuantitatif seperti sebagai arus listrik atau perubahan-perubahan panas. Kebanyakan detector menghasilkaan sinyal lisrik yang dapat mengaktifkan meter atau pencatat.
Pada pengukuran hemoglobin metode cyanmethemoglobin digunakan photometer 5010 5V+ type semi-automatik dengan sumber cahayanya adalah lampu hologen, daerah panjang gelombang yang dapat terukur 340 nm – 800 nm, monokromatornya adalah filter, system kuvat adalah single-baem, volume sampel dapat diukur minimum 250 µl. 

Cara kerja kalibrasi
Ketepatan pengukuran absorban
Ketepatan panjang gelombang
Dengan warna sinar
Dengan lampu deuterium
Dengan filter didinium atau holmium okside
Dengan standar filter bersertifkat
Lineritas alat pemeriksaan dilakukan dengan
Larutan kalium bikromat
Larutan colbat ammonium sulfat untuk daerah panjang gelombang lebih dari 400 nm
Filtrate standar bersertifikat yang telah diketehui persen T pada panjang gelombang tertentu
Stray light (Kalibrasi dilakukan dengan beberapa cara)
Larutan sodium iodide
Gelas coming victor
Standar filter bersertifikat 

Kerangka Pikir

Heme merupakan senyawa non protein yang tersusun dari suatu senyawa lingkar yang bernama profin yang sebagai pusatnya ditempati oleh logam besi, jadi heme adalah suatu profin besi. Sedangkan globin adalah suatu senyawa protein yang menentukan afinitas antara atom besi heme dengan oksigen, kemudian dari heme dan globin tersusun membentuk hemoglobin. Kadar hemoglobin tidak selalu normal, pada kasus kadar hemoglobin yang tinggi abnormal terjadi karena hemokosentrasi akibat dehidrasi (kehilangan cairan) dan kadar hemoglobin yang rendah berkaitan dengan masalah klinis. Adanya masalah yang terjadi pada kadar hemoglobin maka dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin itu sendiri dengan menggunakan metode yang dianggap paling akurat. Dalam hal ini digunakan metode cyanmethemoglobin.



Hipotesa 

Ho : Tidak ada perbedaan yang bermakna dari hasil pemeriksaan hemoglobin inkubasi 2 menit dan 5 menit metode cyanmethemoglobin.
Ha : Ada perbedaan yang bermakna dari hasil pemeriksaan hemoglobin inkubasi 2 menit dan 5 menit metode cyanmethemoglobin.





BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis Peniltian
Penelitian ini merupakan penelitian observasi laboratorium untuk mengetahui perbedaan hasil pemeriksaan kadar hemoglobin inkubasi 2 menit dan 5 menit metode cyanmethemoglobin.
Alur Penelitian


Populasi Dan Sampel

Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang melakukan pemeriksaan darah rutin di Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Kab. Gowa.

Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang melakukan pemeriksaan Hb di Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Kab. Gowa sebanyak 15 orang aksidental sampling.

Variable Penelitian

Variabel bebas
Pemeriksaan kadar hemoglobin metode cyanmethemoglobin inkubasi 2 menit dan 5 menit.

Variabel terikat
Hasil pemeriksaan kadar hemoglobin metode cyanmethemoglobin inkubasi 2 menit dan 5 menit.

Waktu dan Lokasi Penelitian
Waktu penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 9 Juni 2010.
Lokasi penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di laboratorium Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Kab.Gowa.

Definisi Operasional
Inkubasi 2 menit adalah darah dicampur dengan reagen kemudian didiamkan 2 menit lalu dibaca dengan fotometer.
Inkubasi 5 menit adalah darah dicampur dengan reagen kemudian didiamkan 5 menit lalu dibaca dengan fotometer.
Hemoglobin adalah zat yang berwarna merah pada sel darah merah yang membawa oksigen ke jaringan tubuh.
Darah adalah suatu cairan tubuh yang kental dan berwarna merah
Metode cyanmethemoglobin adalah suatu metode pemeriksaan kadar hemoglobin dengan menambahkan ion sianida untuk menghasilkan produksi mencapai keadaan serupa.
Fotometer yang digunakan adalah fotometer 5010
Pengumpulan Data
Pada pemeriksaan kadar hemoglobin diperlukan ketelitaian dalam pemeriksaan, oleh karena itu diperlulkan data yang akurat, dan data tersebut meliputi :
Metode
Cyanmethemoglobin
Prinsip
Hemoglobin yang dilepaskan akibat lisis eritrosis akan bereaksi dengan kalium sianida membentuk campuran cyamethemoglobin kromogenik yang kemudian diukur dengan fotometer 5010.
Alat
Fotometer 5010, tabung reaksi, spoit, rak tabung, penutup tabung.
Bahan
Sampel darah, aquades, EDTA, kapas alcohol 70%, larutan drabkin.
Cara pemeriksaan hemoglobin inkubasi 2 menit
Kedalam tabung reaksi dimasukkan 5,0 ml larutan drabkin.
Dengan pipet hemoglobin diambil 20 µl darah (vena) sebelah luar ujung pipet dibersihkan, lalu darah itu dimasukkan kedalam tabung reaksi dengan membilasnya beberapa kali.
Campur isi tabung dengan cara membalikkannya beberapa kali. Tindakan ini juga akan menyelenggarakan perubahan hemoglobin menjadi cyanmethemoglobin.
Bacalah dalam fotometer 5010 pada panjang gelombang 540 nm, sebagai blanko digunakan larutan drabkin.
Kadar hemoglobin ditentukan dari perbandingan absorbansinya dengan absorbansi standar cyanmethemoglobin.
Batas Normal Kadar Hemoglobin (www.blogdokter.net/2008)
Bayi baru lahir : 17-22 g/dl
Umur 1 minggu : 15-20 g/dl
Umur 1 bulan : 11-15 g/dl
Anak anak : 11-13 g/dl
Lelaki dewasa : 14-18 g/dl
Perempuan dewasa : 12-16 g/dl
Lelaki tua : 12.4-14.9 g/dl
Perempuan tua : 11.7-13.8 g/dl

Pembahasan
Hemoglobin terdiri atas zat besi yang merupakan pembawa oksigen. Jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobin tidak selalu meningkat atau menurun bersamaan, sebagai contoh ; penurunan jumlah sel darah merah disertai kadar hemoglobin yang sedikit meningkat atau normal terjadi pada kasus anemia pernisiosa serta kadar sel darah merah yang sedikit meningkat atau normal disertai dengan kadar hemoglobin yang menurun terjadi pada anemia difisiensi zat besi (mikrositik). (Joyce, 2008).

Pemeriksaan kadar hemoglobin sangat penting dilakukan dalam menegakan diagnosa dari suatu penyakit, sebab jumlah kadar hemoglobin dalam setiap sel darah akan menentukan kemampuan darah untuk mengangkut oksigen dari paru-paru keseluruh tubuh.

Pemeriksaan hemoglobin terdiri atas beberapa metode ; Metode Sahli. Metode Kuprisulfat, Metode Tallsquit, dan Metode Cyanmethemoglobin,, dari keempat macam metode di atas yang paling populer atau banyak digunakan adalah metode cyanmethemoglobin, karena praktis atau mudah dikerjakan serta ketelitiannya lebih baik dai pada tiga metode diatas.

Dengan mengabaikan masa inkubasi dikawatirkan bisa mendapatkan hasil yang tidak sesuai dikarenakan proses pemeriksaan terlalu singkat mengakibatkan eritrositnya belum dilisiskan maka hasil yang dikeluarkan oleh alat tersebut sangat tinggi. Sesuai prosedur kerja Hb, setelah sampel dicampur dengan reagen drabskin, kemudian diinkubasi selama 5 menit dan baca pada fotometer 5010, hal ini diselenggarakan agar eritrosit dalam darah lisis terlebih dahulu kemudian akan bereaksi dengan kalium cianida membentuk cyanmethemoglobin, namun sering kita jumpai di laboratorium petugas sering mengabaikan masa inkubasi, misalnya dalam pemeriksaan Hb yang seharusnya masa inkubasi 5 menit terkadang tampa diinkubasi sampel pemeriksaan Hb langsung dibaca hingga mengeluarkan hasil yang tidak akurat.

Berdasarkan hasil penelitian pada tanggal 9 Juni 2010 perbandingan hasil pemeriksaan kadar hemoglobin inkubasi 2 menit dan 5 menit , terdapat perbedaan namun perbedaan tersebut tidaklah bermakna, dikarenakan nilai perbedaan hasil pemeriksaan kadar hemoglobin 2 menit dan 5 menit hanya mencapai 0 – 0,3 g/dl, namun setelah dilakukan uji statistic dipatkan hasil perbedaan tidak bermakna pada perbadingan pemeriksaan kadar hemoglobin inkubasi 2 menit dan 5 menit metode cyanmethemoglobin. Hal ini tentunya tidak sesuai teori yang telah ada sebelumnya, ini terjadi dikarena pengaruh jumlah sampel yang diteliti oleh peneliti tidak sebayak dengan jumlah sampel yang telah diteliti oleh peneliti sebelumnya. Maka pemeriksaan kadar hemoglobin metode cyanmethemoglobin dianjurkan harus diinkubasi 5 menit sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
Sumber kesalahan yang mungkin terjadi dalam hasil pemeriksaan kadar hemoglobin metode cyanmethemoglobin adalah satatis vena pada waktu pengambilan darah menyebabkan kadar hemoglobin tinggi dari seharusnya, sebaliknya kontaminasi cairan jaringan menyebabkan kadar hemoglobin rendah dari seharusnya, begitu juga dengan pemakaian antikoagulan yang berlebihan dapat menyebabkan penurunan kadar hemoglobin, terjadi bekuan darah, darah yang lipemik dapat menyebabkan kadar hemoglobin tinggi dari pada seharusnya, adanya leukositas berat menyebabkan kadar hemoglobin tinggi dari pada seharusnya, penggunaan reagen yang sudah tidak baik atau kadaluarsa, volume pemipetan yang kurang tepat, darah kurang atau lebih dari 20 µl maupun saat pemipetan reagen drabskin kurang atau lebih dari 5,0 ml, masa inkubasi yang berkurang menyebabkan eritrosit belum lisis hingga tidak bereaksi sempurana dengan kalium sianida menyebabkan kadar hemoglobin tinggi dari pada seharusnya, penggunaan fotometer 5010 yang kurang baik misalnya panjang gelombang yang tidak tepat.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian perbandingan hasil kadar hemoglobin inkubasi 2 menit dan 5 menit metode cyanmethemoglobin pada pasien di RSUD Syekh Yusuf Kab. Gowa, maka disimpulkan tidak ada perbedaan yang bermakna dimana t hitung (1,95618) < t tabel (2,145) pada batas kepercayaan 95% (α = 0,05).
Saran
Disarankan pemeriksaan kadar hemoglobin inkubasi 2 menit metode cyanmethemoglobin bisa digunakan jika hasil pemeriksaan harus segera dikeluarkan dan jika tidak terburu-buru baiknya diinkubasi sampai 5 menit untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.



DAFTAR PUSTAKA
Anonym. 2008. Petunjuk kerja Laboratorium RSUD Gowa
Anonym. 2000. “ Pemeriksaan Laboratorium Hematologi Sederhana “ esdisi 2 FKIU Jakarta.
Corwin. 2000. Berorientasi Pada kasus Klinik. Penerjemah H. K Nutojo dalam catatan Kuliah Hematologi . Jakarta ECG.
Gandasoebrata R. Penuntun Laboratorium Klinik, Penerbit Dian Rakyat, Jakarta.
Gibson J. 2002. Fisiologi Dan Anatomi Modern Untuk Perawat. Edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Hardjoeno H. 2003. Interpretasi Hasil Tes Laboratorium Dianognostik. Hasanuddin Universitas Press. Makassar.
Kee L. J. 1997.Buku Saku Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnosis Dengan Implikasi Keperawatan. EGC, Jakarta.
Kee L. J. 2007. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan Diognostik. Edisi 6, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Poter & Perry. 2005. Patofisiologi Konsep Klikniks Proses-proses Penyakit, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sadikin, Mohammad.H, 2001, Biokimia Darah, Penerbit Widya Midika, Jakarta
Sherwood L, 2001. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem. Edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Suriadi, 2003, Metode Hematologi, dalam Tinjauan Klinik Hasil Pemeriksaan Laboratorium, Jakarta, Penerbti Buku Kedokteran, EGC edisi 11. Hal :21
Syaifudin, 2006, Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan, Edisi 3, Penerbit Buku Kewdsokteran EGC, Jakarta
www.blogdokter.net/2008/06/130/hemoglobin/diakses pada tanggal 19/01/2010.
www.hemoglobin-wikipedia-bahasa-indonesia,com/diakses pada tanggal 19/01/2010.
www.laboratorium kesehatan :antikoagulan.com/diakses pada tanggal 19/01/2010.
http://www.tempo.co.id/medika/arsip/082001/her-1.htm, Hariono/diakses pada tanggal 01/04/2009.


LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA KLINIK
PEMERIKSAAN URINE TERHADAP PROTEIN
&
PEMERIKSAAN URINE TERHADAP GLUKOSA
DI SUSUN
OLEH :
Maulina (0801027)
Kelompok II A (Ganjil)
Tanggal praktikum: 11 April 2012
Dosen: Dra. Sylvia Hasti, M.Farm., Apt
Asisten : 1. Mela Afryyanna
2. Yelvi Rahmi
PEMERIKSAAN URINE TERHADAP PROTEIN

TUJUAN
1. Untuk menentukan adanya protein dalam urine
2. Untuk menentukan adanya indikasi kelainan-kelainan pada fungsi renal

PRINSIP
Pemeriksaan berdasarkan pengendapan protein yang terjadi dalam suasana asam, karena hasil pemeriksaan dinilai dari kekeruhan, maka urine harus jernih.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Urine :

Urine atau air seni atau air kencing merupakan cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urine diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Urine disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra.

Urine normal biasanya berwarna kuning, berbau khas jika didiamkan berbau ammoniak, pH berkisar 4,8 – 7,5 dan biasanya 6 atau 7. Berat jenis urine 1,002 – 1,035. Volume normal perhari 900 – 1400 ml.
Proses Terbentuknya Urine :

Penyaringan darah pada ginjal lalu terjadilah urine. Darah masuk ginjal melalui pembuluh nadi ginjal. Ketika berada di dalam membrane glomenulus, zat-zat yang terdapat dalam darah (air, gula, asam amino dan urea) merembes keluar dari pembuluh darah kemudian masuk kedalam simpai/kapsul bowman dan menjadi urine primer. Proses ini disebut filtrasi. Urine primer dari kapsul bowman mengalir melalui saluran-saluran halus (tubulus kontortokus proksimal). Di saluran-saluran ini zat-zat yang masih berguna, misalnya gula, akan diserap kembali oleh darah melalui pembuluh darah yang mengelilingi saluran tersebut sehingga terbentuk urine sekunder. Proses ini disebut reabsorpsi.

Urine sekunder yang terbentuk kemudian masuk tubulus kotortokus distal dan mengalami penambahan zat sisa metabolism maupun zat yang tidak mampu disimpan dan akhirnya terbentuklah urnine sesungguhnya yang dialirkan ke kandung kemih melalui ureter. Proses ini disebut augmentasi. Apabila kandung kemih telah penuh dengan urine, tekanan urine pada dinding kandung kamih akan menimbulkan rasa ingin buang air kecil atau kencing.

Banyaknya urine yang dikeluarkan dari dalam tubuh seseorang yang normal sekitar 5 liter setiap hari. Faktor yang mempengaruhi pengeluaran urine dari dalam tubuh tergantung dari banyaknya ar yang diminum dan keadaan suhu apabila suhu udara dingin, pembentukan urine meningkat sedangkan jika suhu panas, pembentukan urine sedikit.

Pada saat minum banyak air, kelebihan air akan dibuang melalui ginjal. Oleh karena itu jika banyak minum akan banyak mengeluarkan urine. Warna urine setiap orang berbeda-beda. Warna urine biasanya dipengaruhi oleh jenis makanan yang dimakan, jenis kegiatan atau dapat pula disebabkan oleh penyakit. Namun biasanya warna urine normal berkisar dari warna bening sampai warna kuning pucat.
Komposisi Urine :

• Air ( seperti urea )
• Garam terlarut
• Materi organic

Secara kimiawi kandungan zat dalam urine diantaranya adalah sampah nitrogen (ureum, kreatinin dan asam urat), asam hipurat zat sisa pencernaan sayuran dan buah, badanketon zat sisa metabolism lemak, ion-ion elektrolit (Na, Cl, K, Amonium, sulfat,Ca dan Mg), hormone, zat toksin (obat, vitamin dan zat kimia asing), zat abnormal (protein, glukosa, sel darah Kristal kapur dsb)

• PROTEINURIA

Proteinuria yaitu urin manusia yang terdapat protein yang melebihi nilai normalnya yaitu lebih dari 150 mg/24 jam atau pada anak-anak lebih dari 140 mg/m2.Dalam keadaan normal, protein didalam urin sampai sejumlah tertentu masih dianggap fungsional.

Sejumlah protein ditemukan pada pemeriksaan urin rutin, baik tanpa gejala, ataupun dapat menjadi gejala awal dan mungkin suatu bukti adanya penyakit ginjal yang serius.Walaupun penyakit ginjal yang penting jarang tanpa adanya proteinuria, kebanyakan kasus proteinuria biasanya bersifat sementara, tidak penting atau merupakan penyakit ginjal yang tidak progresif.Lagipula protein dikeluarkan urin dalam jumlah yang bervariasi sedikit dan secara langsung bertanggung jawab untuk metabolisme yang serius.adanya protein di dalam urin sangatlah penting, dan memerlukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan adanya penyebab/penyakit dasarnya.Adapun proteinuria yang ditemukan saat pemeriksaan penyaring rutin pada orang sehat sekitar 3,5%.Jadi proteinuria tidak selalu merupakan manifestasi kelainan ginjal.

Biasanya proteinuria baru dikatakan patologis bila kadarnya diatas 200mg/hari.pada beberapa kali pemeriksaan dalam waktu yang berbeda.Ada yang mengatakan proteinuria persisten jika protein urin telah menetap selama 3 bulan atau lebih dan jumlahnya biasanya hanya sedikit diatas nilai normal.Dikatakan proteinuria massif bila terdapat protein di urin melebihi 3500 mg/hari dan biasanya mayoritas terdiri atas albumin.

Dalam keadaan normal, walaupun terdapat sejumlah protein yang cukup besar atau beberapa gram protein plasma yang melalui nefron setiap hari, hanya sedikit yang muncul didalam urin.Ini disebabkan 2 faktor utama yang berperan yaitu:

1.Filtrasi glomerulus
2.Reabsorbsi protein tubulus
- Patofisiologi Proteinuria

Proteinuria dapat meningkatkan melalui salah satu cara dari ke-4 jalan yaitu:

1.Perubahan permeabilitas glumerulus yang mengikuti peningkatan filtrasi dari protein plasma normal terutama abumin.
2.Kegagalan tubulus mereabsorbsi sejumlah kecil protein yang normal difiltrasi.
3.Filtrasi glomerulus dari sirkulasi abnormal,Low Molecular Weight Protein (LMWP) dalam jumlah melebihi kapasitas reabsorbsi tubulus.
4.Sekresi yang meningkat dari mekuloprotein uroepitel dan sekresi IgA dalam respon untuk inflamasi.
Derajat proteinuria dan komposisi protein pada urin tergantung mekanisme jejas pada ginjal yang berakibat hilangnya protein.Sejumlah besar protein secara normal melewati kapiler glomerulus tetapi tidak memasuki urin.Muatan dan selektivitas dinding glomerulus mencegah transportasi albumin, globulin dan protein dengan berat molekul besar lainnya untuk menembus dinding glomerulus.Jika sawar ini rusak, terdapat kebocoran protein plasma ke dalam urin (proteinuria glomerulus).Protein yang lebih kecil (100 kDal) sementara foot processes dari epitel/podosit akan memungkinkan lewatnya air dan zat terlarut kecil untuk transpor melalui saluran yang sempit.Saluran ini ditutupi oleh anion glikoprotein yang kaya akan glutamat,aspartat, dan asam silat yang bermuatan negatif pada pH fisiologis.Muatan negatif akan menghalangi transpor molekul anion seperti albumin.

Mekanisme lain dari timbulnya proteinuria ketika produksi berlebihan dari proteinuria abnormal yang melebihi kapasitas reabsorbsi tubulus.Ini biasanya sering dijumpai pada diskrasia sel plasma (mieloma multipel dan limfoma) yang dihubungkan dengan produksi monoklonal imunoglobulin rantai pendek.Rantai pendek ini dihasilkan dari kelainan yang disaring oleh glomerulus dan di reabsorbsi kapasitasnya pada tubulus proksimal.Bila ekskersi protein urin total melebihi 3,5 gram sehari, sering dihubungkan dengan hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan edema (sindrom nefrotik).
- Proteinuria Fisiologis

Proteinuria sebenarnya tidaklah selalu menunjukkan kelainan/penyakit ginjal.Beberapa keadaan fisiologis pada individu sehat dapat menyebabkan proteinuria.Pada keadaan fisiologis sering ditemukan proteinuria ringan yang jumlahnya kurang dari 200 mg/hari dan bersifat sementara.Misalnya, pada keadaaan demam tinggi, gagal jantung, latihan fisik yang kuat terutama lari maraton dapat mencapai lebih dari 1 gram/hari, pasien hematuria yang ditemukan proteinuria masif, yang sebabnya bukan karena kebocoran protein dari glomerulus tetapi karena banyaknya protein dari eritrosit yang pecah dalam urin akibat hematuri tersebut (positif palsu proteinuria masif).
- Proteinuria Patologis

Sebaliknya, tidak semua penyakit ginjal menunjukkan proteinuria, misalnya pada penyakit ginjal polikistik, penyakit ginjla obstruksi, penyakit ginjal akibat obat-obatan analgestik dan kelainan kongenital kista, sering tidak ditemukan proteinuria.Walaupun demikian proteinuria adalah manifestasi besar penyakit ginjal dan merupakan indikator perburukan fungsi ginjal.Baik pada penyakit ginjal diabetes maupun pada penyakit ginjal non diabetes.
Kita mengenal 3 macam proteinuria yang patologis: Proteinuria yang berat, sering kali disebut masif, terutama pada keadaan nefrotik, yaitu protein didalam urin yang mengnadung lebih dari 3 gram/24 jam pada dewasa atau 40 mg/m2/jam pada anak-anak, biasanya berhubungan secara bermakna dengan lesi/kebocoran glomerulus.Sering pula dikatakan bila protein di dalam urin melebihi 3,5 gram/24 jam.
Penyebab proteinuria masif sangat banyak, yang pasti keadaan diabetes melitus yang cukup lama dengan retinopati dan penyakit glomerulus.Terdapat 3 jenis proteinuria patologis:

1.Proteinuria glomerulus, misalnya: mikroalbuminuria, proteinuria klinis.
2.Proteinuria tubular
3.Overflow proteinuria
1. Proteinuria Glomerulus

Bentuk proteinuria ini tampak pada hampir semua penyakit ginjal dimana albumin adalah jenis protein yang paling dominan pada urin sedangkan sisanya protein dengan berat molekul rendah ditemukan hanya sejumlah kecil saja.
Dua faktor utama yang menyebabkan filtrasi glomerulus protein plasma meningkat: 1). Ketika barier filtrasi diubah oleh penyakit yang dipengaruhi glomerulus, protein plasma, terutama albumin, mengalami kebocoran pada filtrat glomerulus pada sejumlah kapasitas tubulus yang berlebihan yang menyebabkan proteinuria. Pada penyakit glomerulus dikenal penyakit perubahan minimal, albuminuria disebabkan kegagalan selularitas yang berubah. 2). Faktor-faktor hemodinamik menyebabkan proteinuria glomerulus oleh tekanan difus yang meningkat tanpa perubahan apapun pada permeabilitas intrinsik dinding kapiler glomerulus.

Proteinuria ini terjadi akibat kebocoran glomerulus yang behubungan dengan kenaikan permeabilitas membran basal glomerulus terhadap protein.

a. Mikroalbuminuria

Pada keadaan normal albumin urin tidak melebihi 30mg/hari. Bila albumin di urin 30-300mg/hari atau 30-350 mg/hari disebut mikroalbuminuria. Mikroalbuminuria merupakan marker untuk proteinuria klinis yang disertai dengan penurunan faal ginjal LFG (laju filtrasi glomerulus) dan penyakit kardiovaskular sistemik. Pada pasien diabetes mellitus tipe I dan II, kontrol ketat gula darah, tekanan darah dan mikroalbuminuria sangat penting.


Hipotesis mengapa mikroalbuminuria dihubungkan dengan risiko penyakit kardiovaskular adalah karena disfungsi endotel yang luas. Beberapa penelitian telah membuktikan adanya hubungan peranan kegagalan sintesis nitrit oksid pada sel endotel yang berhubungan antara mikroalbuminuria dengan risiko penyakit kardiovaskular.

b. Proteinuria Klinis

Pemeriksaan ditentukan dengan pemeriksaan semi kuantitatif misalnya dengan uji Esbach dan Biuret. Proteinuria klinis dapat ditemukan antara 1-5 g/hari.
2. Proteinuria Tubular

Jenis proteinuria ini mempunyai berat molekul yang rendah antara 100-150 mg/hari, terdiri atas β-2 mikroglobulin dengan berat molekul 14000 dalton. Penyakit yang biasanya menimbulkan proteinuria tubular adalah: renal tubular acidosis (RTA), sarkoidosis, sindrom Faankoni, pielonefritis kronik dan akibat cangkok ginjal.
3. Overflow Proteinuria

Diskrasia sel plasma (pada mieloma multipel) berhubungan dengan sejumlah besar ekskresi rantai pendek/protein berat molekul rendah (kurang dari 4000 dalton) berupa Light Chain Imunoglobulin, yang tidak dapat di deteksi dengan pemeriksaan dipstik/ yang umumnya mendeteksi albumin/ pemeriksaan rutin biasa , tetapi harus pemeriksaan khusus. Protein jenis ini disebut protein Bence Jonespenyakit lain yang dapat menimbulkan protein Bence Jones adalah amiloidosis dan makroglobulinemia.
4. Proteinuria Isolasi

Adalah sejumlah protein yang ditemukan dalam urin tanpa gejala pada pasien sehat yang tidak mengalami gangguan fungsi ginjal atau penyakit sistemik.proteinuria ini hampir ditemukan secara kebetulan dapat menetap/persisten, dapat pula hanya sementara, yang mungkin saja timbul karena posisi lordotik tubuh pasien. Proteinuria terisolasi dibagi dalam 2 kategori: 1) jinak dan 2) yang lebih serius lagi adalah yang mungkin tidak ortostatik dan timbul secara persisten.

a. Proteinuria Isolasi Jinak
1. Proteinuria fungsional

Ini adalah bentuk umum proteinuria yang sering terlihat pada pasien yang dirawat di rumah sakit karena berbagai penyakit. Proteinuria tersebut adalah jenis glomerulus yang diyakini disebabkan oleh perubahan hemodinamik ginjal yang meningkatkan filtrasi glomerulus protein plasma.
2. Proteinuria transien idiopatik

Merupakan kategori proteinuria yang umum pada anak-anak dan dewasa muda, yang ditandai dengan proteinuria yang timbul selama pemeriksaan urin rutin orang sehat tetapi hilang kembali setelah pemeriksaan urin dilakukan kembali.
3. Proteinuria intermitten

Terdapat pada lebih dari separuh contoh urin pasien yang tidak mempunyai bukti penyebab proteinuria. Prognosis pada kebanyakan pasien adalah baik dan proteinuria kadang-kadang menghilang setelah beberapa tahun.
4. Proteinuria ortostatik (postural)

Pada semua pasien dengan ekskresi protein massif, proteinuria meningkat pada posisi tegak dibandingkan posisi berbaring. Perubahan ortostatik pada ekskresi protein tampaknya tidak mempunyai kepentingan diagnosis dan prognosis. Proteinuria sering terjadi pada usia dewasa muda, jarang terdapat pada usia di atas 30 tahun.

Patofosiologi proteinuria ortostatik tidaklah diketahui. Walaupun biasanya prognosis proteinuria ortostatik baik, persisten (non-ortostatik) proteinuria berkembang pada segelintir orang.
b. Proteinuria Terisolasi yang Persisten/Menetap

Anamnesis secara lengkap dan pemeriksaan fisik yang teliti untuk mencari penyakit ginjal/sistemik yang menjadi penyebabnya.

Cara Mengukur Protein di Dalam Urin

Metode yang dipakai untuk mengukur proteinuria saat ini sangat bervariasi dan bermakna.Metode dipstik mendeteksi sebagian besar albumin dan memberikan hasil positif palsu bila pH >7,0 dan bila urin sangat pekat atau terkontaminasi darah.Urin yang sangat encer menutupi proteinuria pada pemeriksaan dipstik.Jika proteinuria yang tidak mengndung albumin dalam jumlah cukup banyak akan menjadi negatif palsu.Ini terutama sangat penting untuk menentukan proteinBence Jones pada urin pasien dengan multipelk mieloma.Tes untuk mengukur konsentrasi urin total secara benar seperti pada presipitasi dengan asam sulfosalisilat atau asam triklorasetat.Sekarang ini, dipstik yang sangat sensitif tersedia di pasaran dengan kemampuan mengukur mikroalbuminuria (30-300 mg/hari) dan merupakan petanda awal dari penyakit glomerulus yang terlihat untuk memprediksi jejas glomerulus pada nefropati diabetik dini.
Derajat proteinuria dan komposisi protein pada urin tergantung dari mekanisme jejas pada ginjal yang berakibat hilangnya protein.Sejumlah besar protein secara normal melewati kapiler glomerulus, tetapi tidak memasuki urin.Muatan dan selektifitas dinding glomerulus mencegah transportasi albumin, globulin, dan protein dengan berat molekul besar lainnya untuk menembus dinding glomerulus.Akan tetapi, jika sawar ini rusak, terdapat kebocoran protein plsama ke dalam urin (proteinuria glomerulus).Protein yang lebih kecil (100kDal) sementara foot processes dari epitel atau podosit akan memungkinkan lewatnya air dan solut kecil untuk transport melalui saluran yang sempit.Saluran ini ditutupi oleh anion glikoprotein yang kaya akan glutamat, asam partat, asam sialat yang bermuatan negatif pada pH fisiologis.Muatan negatif ini akan menghalangi transport molekul anion seperti albumin.
Pemilihan sampel urin

Hasil urinalisa (pemeriksaan urin) terhadap kumpulan urin sepanjang 24 jam pada seseorang akan memberikan hasil yang hampir sama dengan urin sepanjang 24 jam berikutnya. Namun meskipun pada hari yang sama, hasil pemeriksaan pada saat-saat tertentu akan memberikan hasil yang berbeda. Sebagai contoh, urin pagi berbeda dengan urin siang atau malam. Berbagai jenis sampel urin antara lain urin sewaktu, urin pagi, urin postprandial, urin 24 jam serta urin 3 gelas dan urin 2 gelas pada pria

1. Urin sewaktu

Urin sewaktu adalah urin yang dikeluarkan pada suatu waktu yang tak ditentukan secara khusus. Urin ini dapat digunakan untuk berbagai macam pemeriksaan. Urin ini cukup baik untuk pemeriksaan rutin yang mengikuti pemeriksaan badan tanpa pendapat khusus.

2. Urin pagi

Urin pagi adalah urin yang dikeluarkan paling pagi setelah bangun tidur. Urin pagi lebih pekat daripada urin siang sehingga cocok untuk pemeriksaan sedimen, berat jenis, protein dll. Bagi kalangan kebidanan, urin pagi baik untuk pemeriksaan kehamilan berdasarkan adanya hormon human chorionic gonadotrophin (HCG) di dalam urin.

3. Urin postprandial

Urin postprandial adalah urin yang pertama kali dilepaskan 1,5-3 jam setelah makan.
Urin ini berguna untuk pemeriksaan glukosuria (adanya glukosa di dalam urin)

4. Urin 24 jam
Urin 24 jam adalah urin yang dikumpulkan selama 24 jam, dengan cara:

a. Siapkan botol besar bersih bertutup (minimal 1,5 L) umumnya dilengkapi pengawet.
b. Jam 7 pagi urin dibuang.
c. Urin selanjutnya (termasuk jam 7 esok hari) ditampung dan dicampur.
Urin 24 jam diperlukan untuk pemeriksaan kuantitatif. Ada juga urin yang tak tak penuh 24 jam, misalnya urin siang 12 jam (jam 7 pagi
sampai dengan jam 7 malam) , urin malam 12 jam (jam 7 malam sampai dengan jam 7 pagi), urin 2 jam dll.
5. Urin 3 gelas dan urin 2 gelas
Urin 3 gelas adalah urin yang ditampung sejumlah 3 gelas, dengan cara:
a. Beberapa jam sebelumnya penderita dilarang berkemih
b. Siapkan 3 gelas (sebaiknya gelas sedimen)
c. Penderita berkemih langsung ke dalam gelas tanpa henti
Gelas I diisi 20-30 ml pertama (berisi sel-sel uretra pars anterior dan prostatika)
Gelas II diisi volume berikutnya (berisi unsur-unsur dari kandung kemih)
Gelas III diisi volume terakhir (berisi unsur-unsur khusus dari uretra pars prostatika dan getah prostat)
Urin 2 gelas diperoleh dengan cara sama dengan urin 3 gelas, dengan 2 gelas saja, gelas pertama diisi 50-75 ml.Urin ini digunakan untuk menentukan letak radang atau lesi yang menghasilkan darah atau nanah pada urin seorang pria
ALAT DAN BAHAN

Alat :
• Tabung reaksi
• Centrifuge dan tabungnya
• Penjepit
• Lampu spiritus
• Pipet tetes
Bahan :
• Asam asetat 10%
• Natrium asetat
• Asam asetat glasial
• Aquadest
• Urine sewaktu

CARA KERJA
1. PEMANASAN DENGAN ASAM ASETAT
• Pembuatan reagen asam asetat 10%
• Tabung diisi dengan urin sebanyak ¾ nya
• Didihkan selama 1-2 menit
• Kekeruhan yang terjadi disebabkan oleh fosfat, karbonat atau albumin
• Tambahkan 3 tetes asam asetat 10% tetes demi tetes dalam keadaan mendidih, amati.


NO Pengamatan hasil Simbol
1 Tidak ada kekeruhan (-)
2 Kekeruhan sedikit sekali (±)
3 Kekeruhan sedikit (+) 10-50 mg %
4 Kekeruhan jelas (++) 50-200 mg %
5 Kekeruhan hebat (+++) 200-500 mg %
6 Kekeruhan menggumpal (++++) >500 mg %
2. PEMERIKSAAN SECARA BANG
• Pembuatan reagen
Natrium asetat 11,8 g dan asam asetat glacial dilarutkan dalam aquadest sampai volumenya 100 ml
• 5 ml urine ditambah 0,5 ml reagen bang, kemudian dipanaskan dalam air mendidih selama 5 menit, amati.
• Bila timbul kekeruhan berarti terdapat endapan protein.
HASIL :
Pembanding untuk pengamatan hasil uji:
Gambar. Pembanding diurut dari sebelah kanan yang berwarna bening kel 1 sampai 5.
1. METODA PEMANASAN DENGAN ASAM ASETAT
Gambar. Pembanding asam asetat dan urin tidak ada keruhan
2. PEMERIKSAAN SECARA BANG
Gambar. Pembanding reagen BANG dan urin tidak ada keruhan
PEMBAHASAN:
Fungsi ginjal merupakan membuang sisa metabolisme yang tidak diperlukan oleh tubuh dan mengatur keseimbangan cairan serta elektrolit tubuh. Setiap saat, secara teratur, darah yang beredar di tubuh kita akan melewati ginjal untuk menjalani proses filtrasi di ginjal. Proses filtrasi tersebut akan menghasilkan urin yang membawa serta sisa metabolisme tubuh yang tidak diperlukan lagi. Sedangkan zat-zat yang berguna bagi tubuh, seperti protein, tidak terfiltrasi dan tidak keluar di urin.
Proses metabolisme protein di dalam sistem pencernaan akan menghasilkan asam amino yang kemudian ikut dalam peredaran darah. Di dalam sel akan disintesa dan sebagai hasil akhir adalah asam urat. Asam urat merupakan suatu zat racun jika ada di dalam tubuh maka hepar akan dirombak sedikit demi sedikit menjadi urea dan dikeluarkan ginjal. Jika urine mengandung protein biasanya berupa asam amino. Keadaan demikian merupakan kelainan pada hepar ginjal.
Urine yang terdapat atau ditemukan protein disebut proteinuria. Proteinuria ini ditandai dengan adanya kekeruhan setelah diuji dengan suatu metode. Proteinuria ditentukan dengan berbagai cara yaitu: asam sulfosalisilat, pemanasan dengan asam asetat, carik celup (hanya sensitif terhadap albumin).

Pada prktikum ini kita melakukan dengan metode pemanasan asama asetat dan bang.

Pada metode pemanasan dengan asam asetat dan metode bang ini terbentuknya protein disebabkan sifat asam atau suasana asam.

Setelah diuji didapat hasil negatif yaitu dengan melihat ada atau tidak adanya kekeruhan. Berarti fungsi renal bekerja dengan baik dan tidak ada indikasi kelainan.
KESIMPULAN :

1. PEMANASAN DENGAN ASAM ASETAT

Hasil negatif, yaitu urine tidak mengalami kekeruhan atau berwarna kuning jernih. Artinya urine tidak mengandung protein.

2. PEMERIKSAAN SECARA BANG

Hasil negatif, sama dengan hasil uji pemanasan dengan asam asetat. Tidak terdapat kekeruhan, yaitu tidak terdapat protein dalam urine.

PEMERIKSAAN URINE TERHADAP GLUKOSA
TUJUAN
Untuk menentukan adanya glukosa dalam urine.
PRINSIP
Dalam suasana alkali kuat, ditambah dengan pemanasan, gula-gula akan mereduksi ion cupri menjadi cupro dengan hasil terjadi CuOH yang bewarna kuning atau CuO yang bewarna merah, tergantung dari jumlah reduktor yang terdapat pada urine.
TINJAUAN PUSTAKA
v PROSES PEMBENTUKAN URIN
Definisi: Yaitu proses pengeluaran zat-zat sisa hasil metabolisme yang sudah tidak digunakan lagi oleh tubuh.
Gambar 3. Proses pembentukan urin
Terdapat 3 proses penting yang berhubungan dengan proses pembentukan urine, yaitu :
1. Filtrasi (penyaringan) : kapsula bowman dari badan malpighi menyaring darah dalam glomerus yang mengandung air, garm, gula, urea dan zat bermolekul besar (protein dan sel darah) sehingga dihasilkan filtrat glomerus (urine primer). Di dalam filtrat ini terlarut zat yang masih berguna bagi tubuh maupun zat yang tidak berguna bagi tubuh, misal glukosa, asm amino dan garam-garam.
2. Reabsorbsi (penyerapan kembali) : dalam tubulus kontortus proksimal zat dalam urine primer yang masih berguna akan direabsorbsi yang dihasilkan filtrat tubulus (urine sekunder) dengan kadar urea yang tinggi yang dapat bersifat racun bagi tubuh.
3. Ekskesi (pengeluaran) : dalam tubulus kontortus distal, pembuluh darah menambahkan zat lain yang tidak digunakan dan terjadi reabsornsi aktif ion Na+ dan Cl- dan sekresi H+ dan K+. Di tempat sudah terbentuk urine yang sesungguhnya yang tidak terdapat glukosa dan protein lagi, selanjutnya akan disalurkan ke tubulus kolektifus ke pelvis renalis.
Dari kedua ginjal, urine dialirkan oleh pembuluh ureter ke kandung urine (vesika urinaria) kemudian melalui uretra, urine dikeluarkan dari tubuh.
v PENGELUARAN URINE
Proses jalannya pengeluaran urine dalam tubulus kolektivus yang berada dalam ren diteruskan oleh ureter menuju vessica urinaria menuju urethra dalam alat kelamin.
1. Pengeluaran urine diatur oleh hormone ADH (Anti Diuretika Hormone).
Bila air minum yang masuk banyak maka pengeluaran hormone ADH akan berkurang, sehingga urine yang dikeluarkan juga banyak. Hal ini terjadi karena penyerapan air terhadap hormone ADH sedikit.
2. Bila air minum yang masuk sedikit maka pengeluaran hormone ADH akan terpacu menjadi lebih banyak, sehingga urine yang dikeluarkan akan menjadi sedikit. Hal ini terjadi karena penyerapan air terhadap hormone ADH banyak.
v DALAM URINE MENGANDUNG ZAT-ZAT SEPERTI:
1. Air sebanyak 95 %
2. Urea, asam ureat dan ammonia
3. Zat warna empedu (Bilirubin dan Biliverdin)
4. Garam mineral, terutama NaCl (Natrium Chlorida)
5. Zat-zat bersifat racun seperti sisa obat dan hormon
v FUNGSI URINE
1. Untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam tubuh.
2. sebagai penunjuk dehidrasi. Orang yang tidak menderita dehidrasi akan mengeluarkan urin yang bening seperti air. Penderita dehidrasi akan mengeluarkan urin berwarna kuning pekat atau cokelat
v Glukosa
Terkadang orang menyebutnya gula anggur ataupun dekstrosa. Banyak dijumpai di alam, terutama pada buah-buahan, sayur-sayuran, madu, sirup jagung dan tetes tebu. Di dalam tubuh glukosa didapat dari hasil akhir pencemaan amilum, sukrosa, maltosa dan laktosa.
Glukosa darah merupakan bahan bakar utama yang akan diubah menjadi energi atau tenaga dan juga merupakan hasil yang paling besar (Baron, 1990). Sebagai sumber energi, glukosa ditranspor dari sirkulasi darah kedalam seluruh sel-sel tubuh untuk dimetabolisme. Sebagian glukosa yang ada dalam sel diubah menjadi energi melalui proses glikolisis dan sebagian lagi melalui proses glikogenesis diubah menjadi glikogen, dimana setiap saat dapat diubah kembali menjadi glukosa bila diperlukan. Kadar glukosa darah puasa normal sewaktu puasa adalah 80-90 mg/dL. Konsentrasi tersebut meningkat menjadi 120-140 mg/dL selama jam pertama atau lebih setelah makan dan normal dalam waktu 2 jam setelah absorpsi karbohidrat yang terakhir.
Jika kadar urine terlalu besar dalam darah maka akan dibuang melalui urine, padahal kurang dari 0,1% dari glukosa normal disaring oleh glomerulus muncul dalam urin (kurang dari 130 mg/24 jam).
Glukosuria (kelebihan gula dalam urin) terjadi karena nilai ambang ginjal terlampaui atau daya reabsorbsi tubulus yang menurun. Glukosuria umumnya berarti diabetes mellitus. Namun, glukosuria dapat terjadi tidak sejalan dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah, oleh karena itu glukosuria tidak selalu dapat dipakai untuk menunjang diagnosis diabetes mellitus. Untuk pengukuran glukosa urine, reagen strip diberi enzim glukosa oksidase (GOD), peroksidase (POD) dan zat warna.
ALAT DAN BAHAN
Alat :
• Tabung reaksi
• Lampu spiritus
• Penjepit kayu
• Gelas ukur
• Pipet tetes
Bahan :
• CuSO4.5H2O
• Asam sitrat
• Na2CO3 anhidrat
• Aquadest
• Glucotest strip
• Urine sewaktu
CARA KERJA :
1. BENEDICT
• Pembuatan reagen
Larutkan 17,3 g CuSO4.5H2O dalam 100 ml aquadest, dengan pemanasan
larutkan 173 g natrium sitrat dan 100 g Na2CO3anhidrat dalam 600 ml aquadest, panaskan kemudian saring
perlahan-lahan dengan adukan yang konstan tambahkan larutan sitrat karbonat. Bersihkan seluruh CuSO4 dengan aquadest dan tambahkan aquadest hingga mencapai volume 1000 ml
• masukkan 2,5 ml reagen benedict kedalam tabung reaksi
• tambaahkan 0,25 ml (4 tetes) urine dan campurkan
• letakkan dalam penangas air mendidih selama 2-3 menit
• angkat dan langsung baca
No. Warna yang terjadi simbol Jumlah glukosa
yang terkandung dalam urin
1 Biru tidak ada endapan (-) 0,0 – 0,1 g/dl
2 Hijau dengan endapan kuning (+) 0,5 – 1,0 g/dl
3 Kuning (++) 1,0 – 1,5 g/dl
4 Orange (+++) 1,5 – 2,5 g/dl
5 Merah (++++) 2,5 – 4,0 g/dl
2. Glucotest strip
• celupkan strip ke dalam urin selama 30 detik
• baca hasil tersebut dengan membandingkan warna yang didapat dengan warna standard
HASIL :
Gambar. Pembanding Benedict (di urit dari warna biru bening kel 1-5 )
1. METODA BENEDICT
Gambar. Pembanding reagen Benedict dan urin tidak terjadi endapan
2. GLUCOTEST STRIP
Gambar. glucotest strip dan warna pembandingnya
Pada dua metode ini, sampel urine tidak menunjukkan gejala glukosuria. Dan urine sampel ini normal.
PEMBAHASAN :

Di dalam darah kadang terdapat jumlah glukosa yang berlebihan karena kerja hormon insulin yang tidak sempurna yang disebut dengan diabetes melitus. Keadaan demikian maka ginjal tidak bisa mempertahankan kadar glukosa tersebut. Ginjal meloloskan masuk kedalam tubulus ginjal sehingga urine yang dihasilkan akan mengandung gula.

Hal tersebutlah yang menyebabkan glukosuria. Glukosuria atau glikosuria adalah ekskresi glukosa ke dalam urin. Seharusnya air seni tidak mengandung glukosa, karena ginjal akan menyerap glukosa hasil filtrasi kembali ke dalam sirkulasi darah. Hampir dapat dipastikan bahwa penyebab glikosuria adalah simtoma hiperglisemia yang tidak mendapatkan perawatan dengan baik, walaupun gangguan instrinsik pada ginjal kadang-kadang juga dapat menginduksi glikosuria. Simtoma ini disebut glikosuria renal dan sangat jarang terjadi.
Glikosuria akan menyebabkan dehidrasi karena air akan terekskresi dalam jumlah banyak ke dalam air seni melalui proses yang disebut diuresis osmosis.
Metode pemeriksaan glukosa urin yang berdasarkan reaksi reduksi banyak macamnya, tetapi metode benedict dengan menggunakan reagen kuprisulfat yang sampai saat ini masih banyak dipakai di laboratorium sederhana untuk memeriksa glukosa urin.

 Cu2O + zat (oks)àCuSO4 + zat (red)

Hasil pemeriksaan bersifat kualitatif sehingga hanya digunakan untuk pemeriksaan penyaring saja. Yang hanya bisa dinilai hanyalah dari segi warna dan adanya endapan glukosa atau tidak.

Pada hasil praktikum uji glukosa pada urine ini, tidak menunjukkan gejala atau terdapat nya glukosa pada urine sampel. Hal ini menandakan urine sampel bersifat normal. Dan glukosa dalam darah tidak berlebih hingga tidak masuk atau di loloskan ke dalam urine.
Faktor yang Dapat Mempengaruhi Hasil laboratorium
• Penggunaan obat-obatan tertentu
• Stress (fisik, emosional), demam, infeksi, trauma, tirah baring, obesitas dapat meningkatkan kadar glukosa darah.
• Aktifitas berlebihan dan muntah dapat menurunkan kadar glukosa darah. Obat hipoglikemik dapat menurunkan kadar glukosa darah.
• Usia. Orang lansia memiliki kadar glukosa darah yang lebih tinggi. Sekresi insulin menurun karena proses penuaan.
KESIMPULAN :

1. Metoda Benedict

Berdasarkan percobaan yang dilakukan diperoleh warna yang terjadi saat benedict ditetesi urin dan dipanaskan adalah berwarna biru kehijauan serta tidak didapatkan endapan atau sampel jernih. Ini berarti urin tersebut tidak mengandung glukosa.

2. Metoda glucotest strip

Bedasarkan percobaan yang dilakukan didapatkan warna strip biru setelah dicelupkan ke dalam urin. Strip tersebut lalu dilihat pada parameter indikator. Warna yang terbentuk menunjukkan angka 0 (normal), ini berarti urin tersebut tidak mengandung glukosa.
DAFTAR PUSTAKA
Baron, D.N, 1990, Patologi Klinik, Ed IV, Terj. Andrianto P dan Gunakan J, Penerbit EGC, Jakarta.
Depkes, 1991, Petunjuk Pemeriksaan Laboratorium Puskesmas,Jakarta,Depkes
Guyton, A.C, 1983, Buku Teks Fisiologi Kedokteran, edisi V, bagian 2, terjemahan Adji Dharma et al.,E.G.C., Jakarta.
Poedjiadi, Supriyanti, 2007, Dasr-Dasar Biokimia, Bandung, UI Press
Toha, 2001, Biokimia, Metabolisme Biomolekul, Bandung, Alfabeta